restaurants in Metro Manila

Bincang Mantan: Persiapan mental menuju Lebaran

Adelia Putri, Bisma Aditya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bincang Mantan: Persiapan mental menuju Lebaran
Kalau sudah Lebaran, pasti banyak saudara yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan menyebalkan macam "Kapan kawin?" atau "Kapan hamil?"

JAKARTA, Indonesia — Kedua penulis kolom baru Rappler, Bincang Mantan, adalah antitesa pepatah yang mengatakan kalau sepasang bekas kekasih tidak bisa menjadi teman baik. Di kolom ini, Adelia dan Bisma akan berbagi pendapat mengenai hal-hal acak, mulai dari hubungan pria-wanita hingga (mungkin) masalah serius 

Bisma: Intinya bersyukur!!

Lebaran sebentar lagi, tak ada miskin tak ada kaya

Semua sama di depan Tuhan, yang berbeda cuma amalnya…

Suara khas Armand Maulana belakangan terdengar mengalun indah di manapun kita berada, bak pengingat konstan bahwa saat lebaran kita semua sama. Namun sayang, kenyataannya lagu diciptakan dengan berbagai keadaan yang sebetulnya hanya merupakan angan belaka.

Karena sebetulnya, waktu Lebaran kita semua berbeda, dan yang menyatakan perbedaan itu biasanya adalah sesosok atau beberapa sosok Tante maha sempurna yang nyinyir bertanya:

“Kapan nikah?”, “Kapan punya anak?”, “Kapan lulus?”, “Gemukan ya?”. “Kurusan deh?”

Iya, yang membedakan kita disaat Lebaran adalah apakah kita termasuk dalam golongan yang beruntung untuk tidak ditanya atau golongan nahas yang perlu memutar otak sedemikian rupa supaya bisa lolos dari pertanyaan tersebut.

Perihal pendapat mengenai ke kepoan sang maha sempurna itu tidak perlu dibahas lagi ya, kita sudah pernah bahas dan tidak mungkin spesies ini bisa hilang.

Oke, untuk jaga-jaga, kita ambil kemungkinan terburuk ya. Anggaplah kita sudah pasti akan ditanya karena kita antara belum nikah, belum punya anak, belum lulus, atau gemukan, dan lebaran sudah terlalu dekat untuk kita bisa mengubah segalanya, kita harus apa sih?

Kalau saya, di sisa Ramadan ini pasti akan merenung tentang bagaimana cara ngeles dari pertanyaan itu dengan cara yang elegant namun menohok. Kalau untuk yang main game Battle Royale macam PUBG, kita ibaratnya mengumpulkan persenjataan dulu sebelum ke medan perang sesungguhnya di hari yang fitri itu, nah biasanya saya akan buat daftar hal-hal yang patut disyukuri dalam hidup ini.

Misalnya, saya pribadi memang tahun ini boro-boro nikah, pacar aja belum kelihatan hilalnya. Tapi tahun ini saya akan berangkat S2 dan celana saya turun tiga nomor. Senjata itu akan saya pakai untuk perang dengan orang lain dan dengan diri sendiri!!

Dengan nge-list daftar hal yang perlu disyukuri, kita tidak akan sakit hati jika dapat pertanyaan yang terlaknat itu. Kita tidak akan jadi rendah diri, dan berlarut-larut berkepanjangan dalam kebaperan di saat mungkin si penanya udah sibuk mengunyah ketupatnya dan lupa atau tidak sadar sudah menimbulkan luka di hati seseorang.

Dengan punya senjata itu pun kita bisa counter attack loh, misal ditanya “Kapan nikah?”, saya akan jawab “Oh saya mau S2 dulu. Tante gimana? Si Boy jadi S2?” (padahal kita tahu anaknya si tante, Boy, gagal S2 karena udah nikah). Buuurrrnnn!

Atau bisa juga “Kapan nikah?” kemudian jawab “Sebentar lagi tante, ini saya udah kurusan banget demi mencari jodoh, aku berhasil diet dengan sukses nih Tante alhamdulillah”. Humble tapi kita menyindir si tante yang makin tahun makin besar padahal hobinya diet.

Biar gimanapun Lebaran adalah hari yang harus dirayakan, hari kita bermaaf-maafan dan kembali fitri. Kita harus menyambut hari Lebaran dengan bersuka cita dan dengan hati yang bersih tanpa prasangka. Tapi kalau kita yakin akan dapat serangan-serangan, tidak ada salahnya kok kita nge-list hal yang disyukuri dulu sebelum Lebaran.

Intinya, bersyukurlah (baca: siapin peluru untuk serang balik semua penanya nyinyir).

Adelia: Tambahan amunisi untuk perangmu!

Tidak terasa bulan Ramadan sudah lewat setengahnya. Lebaran datang sebentar lagi, dan saya yakin pasti kamu sudah tidak bisa fokus di kantor lagi karena bawaannya sudah mau liburan panjang.

Dan iya, kalau sudah Lebaran, pasti banyak saudara-saudara (yang ketemu pun cuma setahun sekali) yang suka tiba-tiba melontarkan pertanyaan-pertanyaan menyebalkan macam “Kapan kawin” atau “Kapan hamil” — and because we know your pain, kami akan membantu kamu mempersiapkan diri menyambut pertanyaan menyebalkan khas Lebaran.

Kalau kamu sudah baca tip dari Bisma di atas, saya mau melengkapinya dengan berbagai jawaban yang bisa kamu contek untuk hari besar nanti. “Kok gendutan?” — “Alhamdulillah, gajiku besar jadi bisa makan enak terus.”

“Kapan lulus?” — “Lagi proses, sekarang lagi mau belajar sebanyak-banyaknya. Buat apa lulus cepet-cepet kalau enggak dapatt kerja dan cuma nyusahin orang tua?”

“Kok mau kuliah lagi, enggak takut laki-laki takut sama perempuan kepinteran?” — “Ya kalau laki-laki enggak mampu biasanya sih takut. Buat apa buru-buru nikah kalau pasangannya enggak berkualitas dan cuma bisa nyusahin hidup?” 

“Kapan nyusul punya anak?” — “Kurang tahu, coba Tante ketemu Tuhan dulu nanti aku nitip tanya.”

“Buat apa kuliah tinggi-tinggi, kan perempuan nanti juga akhirnya di dapur.” — “Ya maaf, aku enggak biasa miskin. Kalau bisa bayar orang untuk ngelayanin, kenapa harus capek?” atau “Ya biar bisa cari rejeki halal, ngga perlu nyogok jadi PNS kayak anak Tante” atau “Biar kalau nanti suaminya brengsek aku bisa pergi, enggak terpaksa tetap diam karena enggak bisa beli makan sendiri.”

“Kamu kapan berhijab?” — “Urusanku sama Tuhan. Aku sih enggak mau nutup aurat tapi mulutnya masih nyinyir.”

“Perempuan enggak usah kerja keras-keras, nanti anakmu siapa yang jagain.” — “Yang penting anakku tahu ibunya hebat dan bisa kerja keras, enggak cuma bisa nyinyir ngerendahin perempuan lain.”

“Ih, kamu makannya banyak ya?” — “Alhamdulillah, makanan enak ya harus disyukuri, bukan dijadiin bahan ngatain orang.”

“Kapan dong pacarnya dikenalin?” — “Kenapa harus dikenalin sama Tante?”

“Kenapa kuliah harus di luar negeri? Nanti susah loh dapat jodoh.” — “Kalau pintar, kenapa harus settle dengan universitas ecek-ecek?”

Karena saya tidak mau menuliskan hal-hal ofensif, jadi segini dulu contoh jawaban dari saya. Mungkin jawaban ini bisa sedikit membantu, mungkin tidak, karena sebenarnya cuma kamu yang bisa membuat jawaban yang tepat sasaran dan sesuai keadaan. 

Kami tidak mengajakmu untuk jadi durhaka kok di Lebaran ini. Toh, Lebaran kan harusnya penuh dengan kedamaian dan keikhlasan. Kami hanya mengajakmu untuk membela diri dari orang-orang yang sok tahu dan seakan-akan hidupnya jauh lebih baik daripada kamu hanya karena pilihan hidupmu berbeda.

Tapi ingat, sebelum kamu melontarkan serangan balasan, kamu harus bisa membedakan mana yang tulus bertanya (biasanya yang betul-betul dekat dan perhatian) dan mana yang hanya ingin merendahkan. Kontennya mungkin sama, tapi jika datang dari orang berbeda, jawabannmu harus berbeda dan lebih considerate.

Mungkin kamu hanya perlu senyum dan mengiyakan, atau sekadar bilang “Mohon doanya, ya”, karena memang ada beberapa orang yang belum tahu batasan turut campur or they just genuinely care about you.

Intinya, silakan kalau kalian mau membela diri, tapi jangan menyerang orang-orang yang betul-betul sayang padamu. Enggak mau kan, Lebaran malah dikutuk karena durhaka? 

—Rappler.com

Adelia adalah mantan reporter Rappler yang kini berprofesi sebagai konsultan public relations, sementara Bisma adalah seorang konsultan hukum di Jakarta. Keduanya bisa ditemukan dan diajak bicara di @adeliaputri dan @bismaaditya

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!