Revolusi pasar tradisional: Menjajal Pasar Pondok Indah

Johana Purba

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Revolusi pasar tradisional: Menjajal Pasar Pondok Indah
Jakarta kembali diramaikan dengan kehadiran sebuah pasar modern, kali ini di kawasan Pondok Indah. Seperti apa isi dari pasar tersebut? Mari kita telusuri bersama.

JAKARTA, Indonesia — Setelah sukses merevitalisasi Pasar Santa, Jakarta Selatan, Perusahaan Daerah Pasar Jaya kembali meluncurkan sebuah pasar modern, yakni Pasar Pondok Indah.

Sesuai namanya, pasar ini terletak di kawasan elit Pondok Indah, tepatnya di dekat jalan Ciputat Raya. 

Pusat perbelanjaan tiga lantai ini dimiliki oleh PD Pasar Jaya yang bekerjasama dengan pihak swasta dan baru saja diluncurkan jelang akhir pekan lalu.

(BACA: 8 alasan seru habiskan akhir pekan di Pasar Santa) 

 

Apa saja yang dijual di Pasar Pondok Indah? 

Sebuah toko busana di Pasar Pondok Indah. Foto oleh Jet Danazo-Santos/Rappler

Pasar Pondok Indah alias PasPin adalah tempat berkumpulnya para ‘pemain lama’ pengusaha kerajinan dan tekstil. Mereka sebelumnya berjualan dari pameran ke pameran.

Karena itu, sebagian Pasar Pondok Indah menjual produk karya seni dalam negeri, yang terletak di lantai dasar.

Lantai dasar menjual beragam jenis batik dan kerajinan tangan, termasuk kain batik yang dicetak di atas kain unik hingga peralatan dapur bermotif batik. Satu syaratnya untuk berjualan di pasar ini, semua barangnya harus buatan Indonesia, menurut salah satu pengelola pasar kepada Rappler.

Toko busana Erre yang dimiliki seorang wanita bernama Renny misalnya, menjual kain tenun dan lurik, serta gaun rancangan si pemilik toko itu sendiri. Lulusan Institut Kesenian Jakarta ini sebelumnya membuka stan di Indonesia Fashion Week atau rumahnya di kawasan Cinere.

Kain tenun yang dijual Renny berkisar antara Rp 100-250 ribu. Sedangkan busana di atas Rp 500 ribu.

“Saya pikir sepanjang ini menarik, konsepnya dipegang kuat, akan banyak yang datang,” Kata Renny. Konsep yang dimaksud adalah sebagai pusat perbelanjaan barang kerajinan dan seni Indonesia.

Penjual lainnya, Lia, membuka toko baju Muslim Indress. Sebelumnya dia berjualan dari pameran ke pameran dan membuka butik di kawasan Bintaro. 

(BACA: Misi selamatkan pedagang Pasar Santa)

Kawasan yang nyaman 

 Salah satu spot yang asik untuk bersantai di Pasar Pondok Indah. Foto oleh Jet Damazo-Santos/Rappler

Bangunan PasPin sendiri masih baru dan bersih, berbeda dengan gambaran pasar tradisional yang terkesan kotor dan kumuh. Toiletnya pun masih terawat dengan baik.

Pasar ini juga dilengkapi dengan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) seperti pasar modern lainnya, jadi kamu nggak perlu takut jika kekurangan uang saat berbelanja.

Jika kamu lapar setelah berbelanja, pasar ini juga menyediakan food court. Anda bisa menikmati cemilan, nasi rames, hingga sekedar ngopi saja.

Di lantai atas menjajakan bermacam makanan dan minuman. Di lantai ini juga, disediakan ruangan untuk kreativitas anak muda, seperti klub fotografi hingga film. Pada hari Minggu, 19 April, kemarin, film biopik Sukarno diputar di sini. 

Namun, berhubung masih baru, tidak semua kios dihuni oleh pedagang. Kebanyakan masih kosong dan diharapkan akan terisi penuh segera. Kabarnya, untuk menyewa kios di sini cukup membayar Rp 15 juta per tahunnya.

Jadi, mumpung masih sepi, parkiran juga masih lowong, silakan mampir ke PasPin untuk berbelanja produk kerajinan Indonesia. Kalau kamu menyukai suasana seperti di Pasar Santa, kamu juga akan menikmati PasPin, karena di pasar ini juga ada toko-toko seperti Read & Eat dan Sepotong Kue.

Dijamin tidak menyesal kalau menghabiskan suatu akhir pekan di sini. PasPin rasa pasar, tapi suasana ala tradecenter. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!