Indonesia dorong dunia internasional boikot produk Israel

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indonesia dorong dunia internasional boikot produk Israel

EPA

Namun, seruan tersebut dianggap tidak akan berpengaruh banyak terhadap Israel.

Presiden Joko Widodo (kanan) bersalaman dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas (kiri) usai memberikan keterangan pers mengenai hasil KTT Luar Biasa OKI. Foto oleh Wendra Ajistyatama/ANTARA

JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo mendorong masyarakat internasional untuk memboikot produk yang dihasilkan di dalam pemukiman ilegal atau oleh pemukiman ilegal yang diduduki oleh Israel. Melalui cara tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta itu berharap Israel akan berhenti untuk menjajah wilayah Palestina.

Hal itu menjadi poin penting di dalam dua dokumen yang dihasilkan dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam yang digelar pada 6-7 Maret di Jakarta. Dua dokumen yang dihasilkan berupa resolusi dan deklarasi.

“Menyerukan terhadap komunitas internasional untuk mendukung boikot produk yang diproduksi oleh pemukiman ilegal Israel,” ujar Jokowi ketika memberikan keterangan pers bersama Presiden Palestina, Mahmoud Abbas dan Sekretaris Jenderal OKI Iyad Madani.

Produk Israel yang diserukan untuk diboikot adalah produk pertanian. Israel diketahui memiliki beberapa produk unggulan seperti minyak zaitun dan kurma yang ditanam di pemukiman ilegal di Palestina.

Di dalam deklarasi pernyataan tersebut disampaikan secara singkat di poin ke-16. Sementara, di dalam resolusi poin ke-8, Indonesia bersama anggota OKI menyerukan untuk ikut mengambil tindakan terhadap pihak yang diuntungkan dari aksi penjajahan di wilayah Palestina.

“Mereka termasuk para penduduk ilegal di pemukiman Palestina, teroris dan pelaku tindak kriminal yang dicari oleh dunia internasional. Kami juga menggarisbawahi perlunya berbagai forum internasional untuk menghukum mereka,” tulis negara anggota OKI dalam resolusi.

Poin lain yang tercantum di dalam dua dokumen tersebut ada tiga hal:
1. Mengecam aksi penjajahan di wilayah Palestina dan dilakukan oleh Israel
2. Mendukung negara-negara Islam agar bersatu dalam menyelesaikan isu Palestina
3. Mendorong persatuan di wilayah Palestina

Baik deklarasi dan resolusi tersebut telah dibahas sebelumnya di tingkat pejabat tinggi, Menteri dan kini disepakati oleh para pemimpin negara anggota OKI. Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri, Hasan Kleib mengatakan, deklarasi merupakan langkah konkrit usai KTT Luar Biasa OKI dihelat. Deklarasi itu terdiri dari 23 poin.

Berikut dokumen berisi deklarasi:

Sementara, resolusi yang terdiri dari 32 poin merupakan sikap dan pernyataan bersama anggota OKI dalam menghadapi isu Palestina yang hingga kini masih terus dijajah.

Berikut dokumen berisi resolusi:

Lalu, apakah dua dokumen itu berpengaruh? Sekjen OKI, Iyad Madani mengatakan komunike tersebut bukan sekedar pernyataan biasa.

“Tetapi terdapat aksi orientasi yang nyata. Kesepakatan ini menunjukkan bahwa isu Palestina bukan isu kawasan melainkan permasalahan bagi kita bersama,” kata Madani.

Sementara, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir mengatakan dua dokumen itu tidak mengikat secara hukum namun hanya secara politik. Artinya, sanksi yang dijatuhkan hanya secara moral.

Kendati begitu, pernyataan deklarasi anggota negara OKI telah didengar oleh perwakilan negara yang tergabung di Dewan Keamanan PBB, sebab mereka turut hadir di Jakarta. Arrmanata mengatakan mereka tidak memberikan komentar apa pun saat digelar sidang. Termasuk mengenai adanya seruan boikot terhadap produk Israel.

“Sebab, mereka kan negara tamu, bukan anggota negara OKI,” kata Arrmanatha beralasan.

Tidak berpengaruh

Kini yang muncul dan menjadi tanda tanya besar, apakah ada produk Israel yang masuk ke Indonesia? Menurut data yang disampaikan oleh Kepala Pusat Harmonisasi Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Ni Made Ayu Marthini, sulit melacak produk Israel yang masuk ke Indonesia, sebab kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik. 

“Karena antara Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik, maka tidak ada catatan tentang hubungan dagang dan ekonomi,” kata Marthini melalui pesan pendek.

Sementara, pengajar kajian wilayah Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Mohammad Riza Widyarsa, dulu sempat ada perdagangan senjata antara kedua negara.

“Tetapi, itu terjadi ketika orde baru. Saya ragu, kalau saat ini masih ada (produk Israel di Indonesia),” ujar Riza yang dihubungi melalui telepon.

Artinya, jika Indonesia memboikot produk pertanian dari Israel pun, kata Riza, hal itu tidak akan berpengaruh banyak. Begitu pula dengan negara anggota OKI. Karena mayoritas negara anggota OKI minim melakukan kerjasama dengan Israel.

“Karena sentimen anti menggunakan produk Israel juga sudah muncul di beberapa negara Timur Tengah yang juga memiliki hubungan diplomatik, seperti Yordania dan Mesir,” kata Riza.

Menurut dia, akan lebih efektif jika Pemerintah Yordania dan Mesir melarang warga Israel untuk berwisata ke negara mereka. Selama kedua negara itu masih membolehkan, maka tidak akan banyak memberikan pengaruh.

Lagipula, Israel kerap menjual produknya melalui negara ketiga, kemudian produk tersebut dilabeli seolah-olah berasal dari negara itu dan bukan dari Israel.

“Akan lebih konkrit jika negara-negara anggota OKI yang menghasilkan minyak turut memboikot penjualan minyaknya ke Amerika Serikat yang memiliki pengaruh ke Israel,” ujar dia.

Riza turut mengomentari isi dari deklarasi dan resolusi yang dikeluarkan dalam KTT Luar Biasa OKI. Menurutnya, tidak ada hal baru di dokumen tersebut.

Malah ada beberapa poin yang menurut dia luput untuk dibahas, seperti pengaturan keuangan dan otoritas udara yang masih dikuasai oleh Israel, karena entitas Palestina sebagai suatu negara belum utuh.

“Seharusnya OKI membahas hal tersebut. Kalau hanya sekedar memberikan dukungan, wakaf Masjidil Al-Aqsa, sudah dilakukan sejak dulu oleh anggota negara OKI,” papar dia. – Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!