Bincang Mantan: Apa yang kamu cari dari pasangan?

Adelia Putri, Bisma Aditya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bincang Mantan: Apa yang kamu cari dari pasangan?
Apa yang pria cari dari perempuan, dan sebaliknya?

Kedua penulis kolom baru Rappler, Bincang Mantan, adalah antitesa pepatah yang mengatakan kalau sepasang bekas kekasih tidak bisa menjadi teman baik. Di kolom ini, Adelia dan Bisma akan berbagi pendapat mengenai hal-hal acak, mulai dari hubungan pria-wanita hingga (mungkin) masalah serius.

Bisma Aditya: Bukan sekadar tukang antar jemput

Wah, topik bau darah nih mengingat kolom ini tajuknya “Bincang Mantan”. Iya betul, karena saya dulu putus sama dia, patut diduga dia tidak memenuhi harapan saya. Dia pun berhak menduga tulisan ini untuk dia karena mantan saya bisa dibilang limited.

Baiklah. Sebagai seorang cowok, yang betul-betul saya mau dari pacar saya (pasti cowok di luar sana pun sepakat) adalah respect! Bukan cantik, alim, atau gemar menabung.

Ibaratnya pageant, tinggi badan 165, usia 18-25, dan KTP Jakarta adalah syarat administratif. Nah cantik, alim, dan gemar menabung masuk ke syarat ini. Ini adalah syarat minimal dari orang yang kita pertimbangin untuk kita dekatin jadi pacar.

Sedangkan respect adalah ibaratnya brain, beauty, and behavior alias 3B. Syarat yang harus dimiliki untuk bisa jadi juara di pageant tersebut. Justru ini yang penting.

Respect yang saya maksud di sini bukannya cowok itu minta diagung-agungkan. Kita cuma mau dianggap lebih dari sekadar supporter. Tugas kita bukan cuma sekadar anter jemput, menemani di kala si cewek kesepian, atau ngebantu segala kegiatan si cewek sampai kita enggak punya waktu untuk berkarya untuk diri sendiri karena takut kena ambek. Respect itu pentiiing banget. Kita tuh enggak mau jadi Robin, kita maunya jadi Batman.

Perlu bukti bahwa cowok itu mau berjaya juga? Coba cari di Google info tentang manusia purba. Dari dulu cowok itu udah berjuang cari makan, perang, dan lainnya. Bukan cuma sekadar melindungi cewek aja. Jiwa pejuang itu ada di diri setiap cowok (sebagian besar, deh). 

Nah gimana mau berjuang kalo kita cuma dituntut untuk jadi supporter 24/7? Cowok enggak akan betah jadi supporter, dan hubungan itu betah-betahan bukan ngejalaninnya?

Nah alangkah sempurnanya peserta pageant yang memenuhi syarat administratif dan juga 3B. Pasti jadi juara. Kalo ibaratnya pacar, udahlah cantik, alim, gemar menabung, respect pula sama kita. Gimana enggak minta dipinang?

Jadi intinya saya akan berhenti mencari ketika sudah ketemu dengan orang yang punya respect terhadap semua mimpi saya. Yang tidak memaksa dan membatasi gerak-gerik saya dalam menggapai semua target dan cita-cita. Yang tidak melulu minta dibantu, tapi juga membantu. 

Saya akan berhenti ketika saya merasa seimbang. Ya, mungkin istilah yang pas “yang saling menghargai”.

Adelia Putri: Menyenangkan punya pasangan, tapi sendiri juga asyik

Sebetulnya kita nyari apa sih dari (calon) pasangan? Tampan, mapan, beriman? Humoris? Memenuhi ratusan kriteria yang ada di artikel Thought Catalog? 

Menurut saya sih, tidak ada salahnya kalau kita punya kriteria banyak untuk memilih calon pasangan. Semua orang punya standarnya masing-masing dan berhak untuk mencari orang yang memenuhi standar itu.

Yang menurut saya esensial dalam seorang pasangan, belum tentu penting bagi orang lain. Mungkin buat saya gender itu penting, mungkin buat kamu tidak. Mungkin buat mamamu, suku itu penting, tapi buat saya tidak. Semua itu kan tergantung preferensi dan keadaan sosial masing-masing.

(Jadi, tante-tante, yang hobi komentar “makanya jangan banyak mau” atau “jadi orang jangan kebanyakan milih” ke para jomblo, tolong diam saja. Yang nyari jodoh kan bukan situ, yang hepi atau sedih nantinya kan juga bukan situ, jadi mbok ya situ mingkem aja. Thanks.)

Tapi, kalau semua orang punya kriterianya masing-masing, buat apa ada tulisan ini? Saya juga bingung. Mas Bisma yang minta, saya mah ngikut saja.

Kalau Mas Bisma bilang laki-laki perlu respect, saya bilang perempuan butuh dimengerti (iya, seperti iklan pembalut). Dan tentu saja, mengerti perempuan itu sulit.

Kami perlu kalian mengerti kalau respect berarti saling menghargai independensi masing-masing, bahwa hidup tidak berkutat hanya pada pasangan dan ada hal-hal dan orang-orang lain yang lebih menarik selain pasangan. Kami perlu kalian mengerti kalau ego yang besar tidak akan menghasilkan apapun, karena percayalah, kalau mau adu sombong, ego perempuan jauh lebih besar dan kami jauh lebih jago memanipulasi kalian.

Dan mewakili semua perempuan independen yang menjadikan Beyonce sebagai role model, saya mau bilang kalau laki-laki harus mengerti kalau kami tidak butuh kalian. Iya, kami bisa manja luar biasa, tapi kami tetap bisa hidup tanpa itu semua. Menyenangkan punya pasangan, tapi sendiri juga asyik. 

Kami butuh laki-laki yang mengerti kalau semua orang itu bisa tergantikan. We will do our best and put on the best behavior, tapi kalau kalian merasa paling penting, hobi ngambek, apalagi kasar, tenang saja, yang ngantri masih banyak.

Nah masalahnya, dalam masyarakat yang masih patriarkis, ada berapa banyak sih laki-laki yang bisa mengerti pola pikir di atas?

Ya tapi, lagi-lagi, manusia itu aneh dan hidup kadang-kadang seperti FTV. Sudah punya banyak mau, sudah sok mandiri, tapi tiba-tiba terbawa suasana atau “kenyamanan”, semua rentetan syarat itu bisa hilang begitu saja. Cinta memang tak kenal dengan logika, ya? —Rappler.com 

Adelia, mantan reporter Rappler, kini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di London, sementara Bisma adalah seorang konsultan hukum di Jakarta. Keduanya bisa ditemukan dan diajak bicara di @adeliaputri dan @bismaaditya.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!