Indonesia

Berkunjung ke Museum Martin Luther King Jr di Atlanta

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Berkunjung ke Museum Martin Luther King Jr di Atlanta

EPA

Tempat ini membuat kita menginjak tanah, menyadari bahwa sebenarnya apa yang menjadi perjuangan Martin Luther King Jr belum selesai

ATLANTA, Georgia, AS — “Where do we go from here? Chaos or community?”

Dr Martin Luther King Jr., pejuang hak-hak sipil dan pemimpin komunitas Afrika-Amerika, menyampaikan pidato dengan judul di atas dalam konferensi ke-11 Kepemimpinan Kristen di Selatan, pada 16 Agustus 1967.  

Saya membeli buku itu ketika berkunjung ke Museum Martin Luther King Jr di kawasan Jalan Auburn, di King Historic Distric, Atlanta, pertengahan April ini. Ada toko buku di kompleks museum yang juga menjadi lokasi makam King Jr, bersisian dengan makam istrinya, Coretta Scott King.

Dari pidato itu, saya jadi kenal bahwa selain memperjuangkan keadilan dalam politik, King Jr juga memperjuangkan keadilan ekonomi bagi warga kulit hitam di AS saat itu. Keadilan politik dan ekonomi adalah dua hal yang berdampingan. Tidak bisa mendahulukan yang satu dan meninggalkan yang lainnya. 

King Jr mengingatkan betapa kaum berkulit hitam saat itu ketinggalan dalam segala hal, seperti dalam tingkat pendidikan, subsidi bagi pelajar (dibandingkan mereka yang berkulit putih), akses ke pendidikan tinggi, dan pekerjaan.

Where do we go from here? Kings mengajak hadirin untuk secara jujur menengok fakta yang ada di kalangan masyarakat saat itu, terutama masyarakat Afrika-Amerika.  

“Mengapa ada 40 juta orang miskin di Amerika? Dan ketika Anda bertanya soal itu, muncul pertanyaan berikutnya terkait dengan sistem ekonomi, tentang distribusi kekayaan. Anda mulai mempertanyakan sistem ekonomi kapitalistik,” kata King Jr.  

Pertanyaan-pertanyan itu akan merembet ke siapa pemilik cadangan minyak bumi? Siapa pemilik besi? Mengapa kita harus membayar untuk penggunaan air yang notabene adalah dua pertiga dari bumi?

Pidato itu hanyalah salah satu dari pidato King Jr yang menginspirasi sampai kini. Yang paling terkenal adalah pidato berjudul I Have A Dream.

Saya memilih berkunjung ke Museum King Jr dan melihat dari dekat tempat kelahiran pemenang Nobel Perdamaian itu, di sela agenda padat meliput Specialty Coffee Association of Amerika ke 28.  

Atlanta adalah tempat di mana King Jr dilahirkan dan menyimpan sejarah panjang perjuangan warga negara berkulit hitam menentang politik segregasi dan diskriminasi.

Berkunjung ke kawasan Jalan Auburn, melihat rumah-rumah gaya Victoria yang berjajar rapi, saya jadi tahu bahwa King Jr sebenarnya sejak kecil dibesarkan oleh keluarga berkecukupan dan tinggal di lokasi elit masyarakat kulit hitam di Atlanta.  

Kesadaran akan pentingnya memperjuangkan persamaan hak bagi manusia diturunkan oleh sang kakek dan sang ayah. Michael, nama kecilnya sebelum berubah nama menjadi Martin, sejak kecil melihat kakek dan ayahnya menerima tamu dan berdiskusi mengenai hak-hak sipil di rumah mereka yang berlantai dua, tak jauh dari lokasi museum.

Dari hotel tempat saya tinggal di pusat kota Atlanta, saya naik “Street Car”, semacam trem atau bis gandeng dua berwarna biru, yang berjalan di atas rel digerakkan oleh listrik. Dengan membayar tiket seharga US$ 1 kita bisa turun-naik di 12 titik tujuan wisata utama di Atlanta. Cukup murah. Bersih dan nyaman. 

Berikut foto-foto kunjungan ke museum King Jr.

Makam Dr Martin Luther King Jr. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

King Jr yang tewas dibunuh pada 1968 dimakamkan di sini, dengan cungkup marmer putih. Corretta Scott King Jr, istrinya, dimakamkan di samping King Jr.  

Sejak ditinggal mati suaminya, Coretta meneruskan perjuangan menegakkan prinsip keadilan, damai, dan keseteraan yang dilakukan suaminya ketika hidup. Makan dikelillingi kolam yang airnya berwarna biru memberikan kesan sejuk dan damai.   

Ini lokasi ketiga bagi jenazah King Jr, setelah sempat dimakamkan di South View, kemudian dipindah ke lokasi yang kini menjadi kampus King Center.

Freedom Walk.

Jalan setapak di samping makam King Jr, menggambarkan perjalanan panjang mencapai kemerdekaan dari diskriminasi dan segregasi. King Jr memulai perjuangannya pada 1950-an.

Martin Luther King Jr dan Mahatma Gandhi.

Di dalam museum, banyak foto-foto Mahatma Gandhi, pejuang kemerdekaan India.  

Gandhi memilih jalan tanpa kekerasan untuk berjuang, dan ini menginspirasi King Jr dalam perjuangan hak-hak sipil bagi warga berkulit hitam di AS. King Jr berkunjung ke India dan bertemu dengan Gandhi pada 1959.  Kunjungan yang mempengaruhi arah dan cara hidup King Jr.

Coretta Scott King.

Di dalam museum yang diinisiasi Coretta, banyak ditemukan dokumentasi kegiatan Correta, baik bersama suami maupun sesudah suaminya meninggal dunia.

Ruangan Rosa Parks.

Di dalam museum King Jr, kita bisa melihat satu ruangan didedikasikan untuk Rosa Parks, yang dikenal dengan sebutan The first lady of civil rights dan juga ibu dari perjuangan gerakan kemerdekaan.

Aksinya menolak segregasi dalam bis menjadi tonggak penolakan terhadap segregasi. Parks menolak memberikan tempat duduknya ke penumpang kulit putih ketika bagian dari tempat duduk untuk penumpang kulit putih terisi penuh.

Rumah Kelahiran Martin Luther King Jr.

Tak jauh dari museum dan makamnya, berjalan kaki 5 menit, ada rumah kelahiran King Jr. Rumah bercat kuning ini sebenarnya rumah sang kakek.  Berkunjung ke rumah ini harus mendaftar ke King Center, dan dipandu ranger. Kita tidak boleh mengambil foto di dalam rumah.  

King Jr memiliki satu saudara laki-laki dan satu saudara perempuan. King Jr lahir pada 15 Januari 1929. Selama 12 tahun dia tinggal di rumah ini bersama kakek, nenek, orang tua dan keluarga dari ayah. Rumah ini dikelola oleh pemerintah federal sebagai situs bersejarah.

Gereja Ebenezer.

Menjadi lokasi penting untuk menelusuri jejak perjuangan hak-hak sipil keluarga King Jr, dimulai dari sang kakek yang menjadi pastor di sini, dilanjutkan Martin Luther King Sr, ayah King Jr. Letaknya sekitar 50 meter dari museum King Jr di “Sweet Auburn” area.

Untuk sebuah tulisan wisata, tulisan ini rada serius, ya saya akui. Memang sulit untuk bersikap “santai” saja ketika napak tilas perjuangan King Jr.  

Tempat ini membuat kita menginjak tanah, menyadari bahwa sebenarnya apa yang menjadi perjuangan King Jr belum selesai. Keadilan politik dan keadilan ekonomi masih harus terus diperjuangkan. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!