Ke pasar tradisional, mengenang orang yang saya cintai

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ke pasar tradisional, mengenang orang yang saya cintai
Pekan ini Jokowi dan Mendag Tom Lembong rajin berkunjung ke pasar untuk program revitalisasi ekonomi kelas rakyat.

YOGYAKARTA, Indonesia – Seberapa sering Anda berbelanja di pasar tradisional?

Saya mengupayakan berbelanja di pasar basah di dekat rumah di kawasan Timur Jakarta, minimal sekali dalam sepekan. Rasanya berbeda. Kalau sudah dua pekan tak ke sana, misalnya karena kesibukan harus ke luar kota, pedagang langganan akan menyapa, “Ibu ke mana saja, kayanya sudah bertahun-tahun enggak ke mari.” Rada lebay hehehe. Buat saya menunjukkan keakraban. 

Di pasar tradisional atau pasar basah, pembeli dan pedagang bukan sekedar bertransaksi.  Kami saling bertanya kabar. Bagaimana harga-harga saat ini?  Anaknya sudah kelas berapa?  Bahkan mendengar keluhan soal penyakit.  Ada interaksi antar manusia.

Di pasar modern juga ada interaksi, ketika kita membayar di kasir.  Ada juga ketika bertanya ke karyawan, di mana lokasi barang tertentu? Tapi, interaksinya tak sehangat di pasar tradisional. 

Pada Kamis pagi, 5 Mei, saya berbelanja di Pasar Prawirotaman Yogyakarta.  Saya tengah melewatkan akhir pekan yang panjang di kota kelahiran ibu, juga kota di mana keluarga suami bermukim.  Kemarin, di hari pertama, saya ke Pasar Suryoputran, di kawasan Panembahan, Kecamatan Kraton. Hanya 5 menit berjalan kaki dari rumah ibu saya. 

Pasar Prawirotaman dekat dengan rumah ibu mertua.  Saat di Yogyakarta, saya ke pasar hampir setiap pagi.  Selain belanja, juga mencari kudapan jajan untuk sarapan.

Entah mengapa, suasana pasar di Yogya memberikan romantika buat saya.  Ada memori, kenangan, terutama ketika masa kecil diajak almarhum eyang ke pasar ini. Kebiasaan eyang dilanjutkan ibu saya almarhum.  Jadi, ke pasar di Yogyakarta buat saya bukan sekedar bertransaksi dengan pedagang yang sudah mengenal keluarga kami puluhan tahun.  Ke pasar  tradisional adalah mengenang orang-orang tercinta yang sudah tiada dan memori di dalamnya. 

Ketika mengajak anak saya berbelanja ke pasar tradisional, saya berharap dia akan menyimpan kenangan manis yang sama, kelak jika dia dewasa.  Anak saya bertanya, “bagaimana mommy bisa kenal dengan ibu penjual urap tadi?”. 

Dia melihat sang ibu penjual gudhangan, semacam urap, berkomentar ketika saya membeli, “wah, ndengaren teng mriko jeng.  Komplet tho?”  Tumben di sini, komplet ya?  Artinya lengkap dengan tahu dan tempe.  Penjual kue-kue tradisional akan menawarkan risoles dengan isi daging asap kesenangan anak saya.  Penjual hafal dengan kebiasaan belanja pembelinya.

Berbelanja di pasar tradisional juga membuat nafsu belanja bisa dikendalikan.  There is no such thing of window shopping, sebagaimana berbelanja di mal atau di  ritel modern.  Seringkali kita membeli yang tak perlu atau tidak direncanakan untuk dibeli. Lapar mata.  

Pengalaman saya ke pasar tradisional, saya sudah tahu apa yang saya beli, dan sudah punya langganan. Fokus. Ada 4-5 pedagang daging di pasar, saya akan membeli di pedagang yang sama.  Pembeli lain berlangganan di pedagang lain.  Saya sering menelpon pedagang jika ingin memesan daging secara khusus, misalnya iga kambing untuk dibuat thengkleng.

Revitalisasi Pasar Tradisional

Karena terbiasa ke pasar tradisional, saya tentu mendukung program pemerintah merevitalisasi pasar.  Pekan ini misalnya, kegiatan Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Jawa Tengah diwarnai kunjungan ke pasar. Jokowi berkunjung ke Pasar Giwang Retno di Kabupaten Kebumen. 

Sebelumnya, Jokowi meninjau Pasar Manis di Purwokerto. Saat bertemu dengan pedagang di kedua pasar itu, Jokowi mengingatkan agar pasar dijaga tetap bersih dan rapi. Dia membawa celemek untuk digunakan oleh pedagang. Bagi Jokowi, pedagang pasar tradisional perlu menggunakan seragam sebagaimana di ritel modern. 

Pedagang juga diminta melayani pembeli dengan ramah. “Kalau ada pembeli datang, penjual harus tersenyum. Jangan ada pembeli, penjualnya merengut, nggak laku nanti dagangannya,” kata Jokowi  yang disambut senyum para pedagang di Pasar Giwangretno itu.  Informasi ini bisa kita baca di laman setkab.go.id.

REVITALISASI PASAR TRADISIONAL. Penulis tengah berbelanja di Pasar Prawirotaman, Yogyakarta pada Rabu pagi, 4 Mei. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Melayani pembeli dengan ramah sebenarnya sudah melekat pada pedagang di pasar tradisional.   Kita berhadapan dengan pemilik langsung, mereka yang berjibaku hidup dari situ. Tanpa diajari ilmu pemasaran, pedagang di pasar tradisional menyapa dan membujuk pembeli dengan sopan.

Jokowi juga menyarankan penataan dagangan dengan baik. Ini saya sepakat.  Setiap kali berkunjung ke pasar tradisional di luar negeri, saya suka memotret susunan dagangan, baik buah-buahan, sayuran hingga ubi jalar dan bumbu-bumbuan.  Semua ditata apik.  Paduan warnanya jadi indah.

Di luar negeri pasar tradisional menjadi tujuan wisata di sebuah kota.  Di sana kita bisa mengenal langsung penduduk lokal, membeli produk lokal dengan harga bersaing.  Kita mengenal sebuah peradaban dengan berkunjung ke pasarnya.

Pemerintah mematok target menyelesaikan revitalisasi 1.000 pasar rakyat yang menelan anggaran Rp2,386 triliun pada tahun ini. Kegiatan ini berlanjut dalam lima tahun sehingga 5.000 pasar bisa direvitalisasi.

Ketika meluncurkan Program Revitalisasi 5.000 Pasar Rakyat 2015-2019 Juni lalu, Jokowi mengatakan, untuk tahun ini pemerintah mengalokasikan anggaran senilai Rp1,075 triliun untuk merevitalisasi 675 pasar.

Menurut Presiden, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBNP), pemerintah telah menambah alokasi anggaran senilai Rp1,311 triliun untuk merevitalisasi 325 pasar, sehingga untuk merevitalisasi 1.000 pasar yang menjadi target tahun ini butuh total anggaran senilai Rp2,386 triliun.

Saat ini jumlah pasar rakyat di Indonesia adalah  9.559 unit dengan jumlah kios 1.722.071 unit dan jumlah pedagang 2.639.633 orang. Pemerintah menargetkan akan merevitalisasi 5.000 pasar, dengan rincian 1.000 pasar tiap tahun hingga 2019.

Ketika mendampingi Presiden ke Pasar Manis di Purwokerto, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menegaskan target revitalisasi pasar rakyat tahun 2015 berhasil dicapai 1.002 pasar atau sebesar 98,52%. 

“Tahun lalu, kita targetkan merevitalisasi 1.017 pasar rakyat.  Janji Nawacita telah kami tunaikan dengan baik,” kata  Mendag Tom Lembong, saat memberikan sambutan di hadapan Presiden Joko Widodo dalam Peresmian Pasar Manis Purwokerto, Banyumas, Rabu, 4 Mei.

Minggu-minggu ini, Mendag Tom Lembong roadshow mendampingi Presiden Jokowi meresmikan pasar-pasar rakyat atau meletakkan batu pertama memulai pembangunan pasar rakyat yang baru.

“Peresmian Pasar Manis ini istimewa. Bapak Presiden setahun lalu pada 30 Juni 2015 meletakkan batu pertama pembangunan pasar ini. Saat itu jugalah Bapak Presiden mencanangkan dimulainya program pembangunan 5.000 pasar dalam lima tahun sesuai Nawacita,” kata Tom.

Tom Lembong memaparkan, dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Kementerian Perdagangan tahun 2015, target pembangunan pasar sebanyak 1.017 unit, terdiri dari 182 pasar dibangun melalui dana Tugas Pembantuan (TP)  dan 770 pasar melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM juga ditargetkan untuk membangun sebanyak 65 Pasar.

Target ini terealisasi sebanyak 1.002 pasar, 175  unit dibangun melalui Dana TP Kemendag, 762 unit melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), dan sebanyak 65 unit dari Kementerian Koperasi dan UKM. 

Tahun 2016 Kemendag menargetkan pembangunan pasar sebanyak 1.000 unit terdiri atas 220 pasar melalui dana TP dan 695 pasar melalui DAK. Kementerian Koperasi dan UKM juga menargetkan membangun sebanyak 85 pasar. 

Pada pelaksanaannya, pembangunan pasar melalui dana TP telah terlaksana sebanyak 168 pasar, dan dari DAK sebanyak 695 pasar di Kabupaten/Kota. Dengan demikian, dari total rencana 1.000 unit pasar, baru dapat dialokasikan pembangunan 863 unit pasar. Sedangkan untuk memenuhi kekurangannya, akan diusulkan ke Menteri Keuangan. 

“Dari 168 pasar penerima dana TP tersebut, sebanyak 70 unit telah melaksanakan proses lelang sehingga proses pembangunan dapat segera dilakukan mengingat DIPA pembangunan Pasar telah diterbitkan,” tegas Tom.

Pada peresmian Pasar Manis tersebut, Mendag Tom menyampaikan pentingnya pemanfaatan pasar bagi pedagang dan masyarakat. “Bagi pedagang, bila pasarnya menjadi bersih dan modern, maka akan ada banyak konsumen yang datang. Dengan begitu maka transaksi akan meningkat, omzet pedagang akan bertambah, dan pendapatan meningkat, sehingga ekonomi daerah ikut tergerak seiring produksi yang meningkat,” jelas Mendag.

Pasar, jelas Tom, bukan hanya sebagai tempat belanja, tetapi juga merupakan tempat bertemu dan beraktivitas sosial. “Dengan pasar yang bersih, masyarakat akan dapat memanfaatkan pasar secara maksimal,” kata dia. 

Mendag Tom menjelaskan, pembangunan/revitalisasi 5.000 pasar (2015-2019) diprioritaskan atau diutamakan bagi pasar yang telah berumur sama atau lebih dari 25 tahun; pasar yang mengalami bencana kebakaran, pasca bencana alam, pasca konflik sosial; pasar di daerah tertinggal, perbatasan, serta daerah yang minim sarana perdagangannya, atau yang memiliki potensi perdagangan besar.

4 Prinsip Revitalisasi Pasar

REVITALISASI PASAR TRADISIONAL. Aktivitas jual beli di Pasar Gede Solo, Jawa Tengah, Rabu, 13 April. Foto oleh Maulana Surya/ANTARA

Melalui Permendag No. 61/M-DAG/PER/8/2015 tentang Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan, pemerintah telah menentukan pedoman revitalisasi pasar tradisional yang memegang empat prinsip. 

Prinsip pertama, revitalisasi fisik, yaitu upaya perbaikan dan peningkatan fisik pasar rakyat yang berpedoman pada standar fisik dan desain prototype. 

Kedua, revitalisasi manajemen, yaitu upaya menciptakan pengelola pasar rakyat yang profesional, modern, dan transparan. 

Ketiga, revitalisasi sosial budaya, yaitu upaya mewujudkan lingkungan pasar rakyat yang kondusif dan nyaman.

Keempat, revitalisasi ekonomi, yaitu upaya meningkatkan daya saing dan omzet, serta menjaga stok guna menjaga kestabilan harga barang kebutuhan pokok yang dapat memberikan efek ganda di sektor produksi.

Empat pendekatan revitalisasi tersebut telah secara detail dituangkan dalam persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pasar Rakyat melalui Permendag No. 61/M-DAG/PER/8/2015 dimaksud. Walaupun SNI ini belum diwajibkan, sebagian besar pasar yang dibangun atau direvitalisasi telah berpedoman kepada ketentuan ini. 

Sejumlah pasar yang baru saja diresmikan Presiden Jokowi pada pekan lalu yaitu Pasar Raya Amahami di Bima, Nusa Tenggara Barat dan Pasar Doyo Baru di Sentani, Papua. Pada pekan lalu juga dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan Pasar Budaya Mama-Mama dan Youtefa di Jayapura, Papua.

Pagi tadi saya membeli satu kilogram kembang Turi di Pasar Prawirotaman.  Penjualnya minta maaf, “niki mboten sae, layu.”  Ini kurang bagus, sudah layu.  Dia mengatakan besok akan datang kembang Turi yang lebih segar. 

Tapi saya tetap beli, karena kangen dengan pecel Kembang Turi.  Besok, saya akan kembali membeli untuk dibawa kembali ke Jakarta.  Keramahan seperti ini, seberapa sering Anda mendapatkannya kala berbelanja di ritel modern?

 P.S.  Sesekali kalau kepepet sudah sore dan ada yang perlu dibeli saya mampir juga ke ritel modern – Rappler.com

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!