Bincang mantan: Perempuan independen buat pria minder?

Adelia Putri, Bisma Aditya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bincang mantan: Perempuan independen buat pria minder?
Pria yang takut mendekati perempuan independen tidak pantas disebut pria sejati.

Kedua penulis kolom baru Rappler, Bincang Mantan, adalah antitesa pepatah yang mengatakan kalau sepasang bekas kekasih tidak bisa menjadi teman baik. Di kolom ini, Adelia dan Bisma akan berbagi pendapat mengenai hal-hal acak, mulai dari hubungan pria-wanita hingga (mungkin) masalah serius.

“Jadi perempuan jangan mandiri-mandiri amat, nanti laki-laki takut loh!”

 No, seriously, who came up with that conclusion? It’s 2016. Are we girls still supposed to be damsels in distress?

Tanpa bermaksud memberikan gender stereotype, memang ada beberapa teman laki-laki saya yang bilang ‘pengen punya pasangan mandiri’ tapi ‘ya gimana dong, gue lemah banget kalo ngeliat cewek yang helpless minta ditolong gitu”. So, somehow, damsel in distress still works, women know it, and of course, being manipulative as ever, we know how to use it.

Tapi masa iya, cuma buat dapetin pasangan aja kita harus ngubah diri sendiri? (Iya, ini pertanyaan buat tante-tante sekalian yang kesannya khawatir banget kalau anaknya bisa kemana-mana naik Kopaja dan berpendidikan tinggi, bakal susah nyari jodoh)

Malu, guys, sama Elsa, sama Mulan (baik Mulan-nya Disney maupun Mulan Jameela #Wonderwoman), sama Nicki Minaj. 

Bukankah ibu itu role model pertama buat anak perempuannya? Kalau ibunya berpendidikan tinggi, anaknya nanti akan punya acuan untuk sekolah yang lebih tinggi juga, bukan?

Bukankah independensi dari laki-laki itu sesuatu yang baik? Toh perempuan butuh survival skill dan contingency plan untuk dirinya dan keluarga, kalau-kalau laki-laki yang dinikahinya ternyata brengsek —and please dont tell me that will not happen, because people can change. Coba, lihat sekeliling, berapa banyak perempuan yang terjebak di hubungan tak sehat, tidak bisa pergi, karena tidak punya pegangan untuk dirinya dan anak-anaknya?

Sudahlah, saya bisa ngomel-ngomel tentang ini sepanjang tesis saya yang tak jadi-jadi.

Intinya, a change is good but only if it’s in a good direction. Kalau kamu berubah hanya untuk menyenangkan orang lain dan menghilangkan hal-hal baik dari dirimu, membatalkan rencana besar hanya karena ketakutan tak dapat jodoh, menekan impianmu karena tekanan sosial yang terus-terusan berteriak kalau perempuan hanya berharga kalau sudah menikah dan punya anak di umur sekian, kamu akan melewatkan begitu banyak kesempatan. You’ll be old and bitter and there’s nothing you can do about it.

Penyesalan itu selalu datang belakangan, dan tidak semua lemon bisa kamu jadikan lemonade (kecuali kamu Beyonce), tidak semua nasi yang jadi bubur bisa kamu jadikan bubur ayam.

Percayalah, there’s more to life than just a quest to get married. There are self-actualisation to accomplish, adventures to go on, and your own self to love first and foremost.

Toh, jodoh ngga kemana. Cinta aja udah mau nikah bisa balik lagi sama orang yang ternyata bisa suka dengan semua kejutekan dan keabsurdan dia saat SMA dulu, ya kan?

If a man is intimidated by your independency, your high education, or even how you conduct yourself, trust me, he is not worth it. Hubungan yang baik itu harus seimbang, sama-sama menghargai dan tidak mengerdilkan kamu dan impian kamu. Find a man who will be impressed by your ability to catch the bus while wearing 12 cm heels, your poise when dealing with life difficulties, and your humbleness to admit that sometimes you still need help from others. Laki-laki masih banyak cyin di dunia.

Bisma Aditya: Takut perempuan independen, ciri bukan pria sejati 

R.A. Kartini pasti bangga dengan keadaan Indonesia saat ini. Perempuan sudah mendapatkan kesetaraan gender, bahkan Indonesia sudah pernah dipimpin oleh Presiden perempuan lebih dahulu daripada Amerika Serikat yang katanya negara paling maju saat ini. Perempuan sudah tidak lagi dijajah pria kayak yang disebut di lagu Sabda Alam, malah kadang saking sudah setaranya, sekarang banyak pria dijajah perempuan. Nah ini yang jadi masalah.

Perempuan independen memang kadang buat pria minder, tapi percayalah pria-pria yang minder itu pastilah produk gagal evolusi. Mungkin pria-pria gagal itu waktu zaman batu tugasnya bersih-bersih gua di waktu teman-temannya berburu macan. Berikut ini alasannya.

Alasan pertama, yang namanya pria sejati tahu apa yang dia mau. Kemauannya tidak menyesuaikan diri dengan keadaan. Saya tipe orang yang belajar dari apapun termasuk mungkin dari kartun.

Sebagai contoh menurut saya Nobita itu pria sejati loh karena dia yang katanya cengeng dan ga bisa apa-apa tetap fight ngejar Shizuka karena dia tahu dia mau sama Shizuka. Padahal Shizuka jelas hebat dan contoh ideal perempuan independen. Tapi Nobita bukannya mundur malah berjuang sekuatnya untuk imbangin Shizuka.

Dia ga mau sama yang lain. Memang upayanya sering gagal, tapi akhirnya ending mereka bahagia bukan? Kalo kamu pria yang ga tahu maunya apa, saya tau online store yang jual rok lucu-lucu. Siapa tahu kamu berminat. Masa kalah sama nobita yang tahu apa yang dia mau? Perlu Doraemon?

Alasan kedua, menurut artikel yang baru saya baca, pria sejati itu haruslah fearless. Bukan berarti tidak takut apapun, melainkan mereka tahu takut sama apa dan berusaha untuk mengatasi ketakutannya. Ini berlaku untuk semua hal termasuk untuk urusan cinta. Nah kalo ada orang yang ngakunya pria tapi takut mencoba untuk dekat sama perempuan yang dikiranya independen, masih bisa dibilang pria sejati? Mungkin lebih pantas disebut pria hayati.

Alasan terakhir, semua pasti familiar dengan quotes “A real woman can do it all by herself but a real man won’t let her.” Pernyataan itu pas banget dengan keadaan modern di mana seorang perempuan memang dituntut untuk independen, tapi bukan berarti pria ga ada lagi perannya. Seorang pria harus tetap ada untuk sang perempuan. Pria sejati adalah dia yang bilang “iya aku tahu kamu bisa kerjain ini semua, tapi aku aja ya yang kerjain karena kamu spesial” dan sang perempuan pun percaya dengan kemampuan si pria. Jadi balik lagi kalo ada pria yang malah mundur setelah liat perempuan bisa kerjain semua hal, buru-buru deh urus KTP, mungkin jenis kelaminnya typo.

Dari ketiga alasan di atas jelas sudah bahwa bukan perempuan independen tidak salah sama sekali atas ke-independenannya. Dari dulu manusia sudah memperjuangkan kesetaraan gender yang bukti keberhasilannya adalah lahirnya banyak perempuan independen. Kalo banyak pria yang malah minder karena ke-independenan kamu, percayalah dia bukan pria yang sesungguhnya. Dia itu pria gagal. Jangan malah mengurangi keindependenan kamu untuk dapat perhatian pria-pria gagal itu. Pertahankan kualitas kamu karena pria berkualitas hanya akan mencari perempuan yang berkualitas. – Rappler.com

Adelia, mantan reporter Rappler, kini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di London, sementara Bisma adalah seorang konsultan hukum di Jakarta. Keduanya bisa ditemukan dan diajak bicara di @adeliaputri dan @bismaaditya.

Baca juga edisi Bincang Mantan lainnya:

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!