SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
SURABAYA, Indonesia – Puluhan orang yang menamakan diri “Arek Suroboyo Menggugat” berunjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, pada Senin, 9 Mei. Unjuk rasa itu dilakukan sebagai bentuk protes pasca dibongkarnya cagar budaya berupa rumah eks radio perjuangan yang menjadi lokasi Bung Tomo berpidato pada 10 November 1945.
Rumah yang berlokasi di Jalan Mawar 10-12, Tegalsari, Surabaya, dibongkar tanpa sepengetahuan Tim Cagar Budaya Kota Surabaya. Rencananya, di atas puing bangunan bersejarah tersebut, akan dibangun lahan parkir.
Salah satu demonstran, Kusnan mengatakan aksi pembongkaran rumah bersejarah yang pernah dipakai Bung Tomo itu telah menyalahi ketentuan perlindungan cagar budaya.
“Itu adalah tindakan bodoh. Rumah bersejarah tempat Bung Tomo pernah berpidato malah dibongkar. Selain mengabaikan sejarah, juga tidak menghargai perjuangan para pendahulu,” teriak Kusnan.
Sementara, putra dari Bung Tomo, Bambang Sulistomo mengatakan aksi pembongkaran juga merupakan gaya baru pengkhianatan terhadap nilai-nilai perjuangan. Salah seorang pengacara di Surabaya, Trimoelja menyebut Pemerintah Kota Surabaya kecolongan dengan adanya pembongkaran bangunan itu. Sebab, mereka baru mengetahui setelah bangunan bersejarah tersebut rata dengan tanah.
“Ini harus diusut dengan benar, siapa pun yang terlibat,” kata dia.
Sementara, pemilik bangunan yang juga memiliki Plaza Jayanata, enggan memberikan keterangan ketika dikonfirmasi oleh media. Beberapa orang pegawainya menyebut atasan mereka sedang tidak ada di kantor.
“Manajernya enggak ada. Lagi keluar negeri,” ujar salah seorang pegawai Jayanata.
Selain berorasi, massa juga menggelar kain di trotoar dan menorehkan tanda tangan sebagai bentuk keprihatinan.
Menurut pemerhati bangunan cagar budaya, Kuncarsono, dari bangunan itu, Bung Tomo membakar semangat Arek Suroboyo di awal pertempuran 10 November 1945. Kuncar, sapaan akrab Kuncarsono, menyebut dengan suara berapi-api, pekik takbir Bung Tomo kerap dipancarkan ke seluruh Indonesia melalui studio rahasia di rumah itu.
Bung Tomo, Ketut Tantri dan beberapa sahabatnya mendirikan Radio Pemberontakan Republik Indonesia dengan pemancar portable. – dengan laporan ANTARA/Rappler.com
BACA JUGA:
- KPU: Risma-Whisnu wali kota-Wakil wali kota Surabaya terpilih
- Kronologi dua anak tenggelam di kolam renang Novotel Surabaya
- Salah strategi promosi, ‘Battle of Surabaya’ diprotes penonton
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.