Calon jemaah haji Indonesia yang tertahan di Filipina akhirnya kembali ke Tanah Air

Sakinah Ummu Haniy, Syarifah Fitriani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Calon jemaah haji Indonesia yang tertahan di Filipina akhirnya kembali ke Tanah Air

ANTARA FOTO

Dua surat jaminan dikeluarkan oleh KBRI untuk dapat membawa 168 WNI. Sedangkan sembilan orang lainnya masih bertahan di Manila untuk dimintai keterangan.

JAKARTA, Indonesia — 168 dari 177 calon jamaah haji WNI yang tertahan di Bandara Ninoy-Aquino Manila, Filipina, akhirnya kembali ke Indonesia pada Minggu, 4 September.

Dengan pesawat Air Asia TX 892 yang di-charter khusus oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), mereka dipulangkan ke dua lokasi berbeda. Sebanyak 110 orang di antaranya dipulangkan lewat Makassar, Sulawesi Selatan. Sedangkan 58 sisanya mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, untuk diserah terimakan pada Pemerintah Daerah masing-masing calon jemaah.

Sementara, yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya diperbolehkan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing. Saat ini, sembilan orang lainnya masih ditahan di Filipina untuk dimintai keterangan lebih lanjut oleh pihak berwenang.

“Karena mereka bisa berbahasa Inggris, bisa berkomunikasi, mereka diminta untuk menambahkan keterangan,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Filipina Johny J. Lumintang saat tiba di Bandara Soekarno Hatta pada Minggu siang.

Johny mengatakan bahwa sembilan orang tersebut merupakan pahlawan karena mereka bersedia dipisahkan sementara dengan rombongan sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan kasus ini.

Menurut keterangan dari keluarga salah satu calon jemaah haji yang tertahan, Anton Kapriyatna, kakaknya sempat menolak untuk tetap berada di Filipina, namun ia dihadapkan pada pilihan yang sulit.

“Katanya, kalau Pak Anton tidak mau, 168 lainnya tidak jadi dipulangkan,” ujar adik dari Anton, Gian, saat menunggu kepulangan kakak iparnya, Epi Yulianti, di Bandara Soekarno Hatta.

Menurut keterangan Gian, Anton merupakan jemaah biasa, namun ia yang menghubungi pihak KBRI Manila pertama kali saat rombongan ditahan di Bandara Ninoy-Aquino.

“Katanya, ‘tolong cari nomor telepon KBRI yang di sini’, akhirnya saya browsing terus saya kirim,” tutur Gian.

Hingga saat ini pihak KBRI maupun Kemenlu belum dapat memastikan sampai kapan sembilan orang tersebut akan berada di Manila. 

Dua surat jaminan dikeluarkan oleh KBRI

Berdasarkan keterangan Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal, 177 orang calon jemaah haji tersebut berstatus ditahan. Namun setelah Dubes mengeluarkan surat jaminan, mereka akhirnya dapat dipindahkan ke KBRI dan sebagian besar di antaranya diperbolehkan kembali ke Indonesia.

“Pak Dubes mengeluarkan guarantee letter, surat ini memberikan garansi, kemudian kita minta transfer of custody dan itu dipenuhi,” katanya. 

Iqbal menambahkan bahwa sebelum para calon jemaah dipulangkan, pihak KBRI juga mengeluarkan surat jaminan tambahan.

“Jadi, ada dua guarantee letter yang dikeluarkan oleh KBRI untuk memungkinkan mereka pulang ke indonesia,” tuturnya.

Namun Iqbal menolak untuk menjelaskan secara rinci mengenai klausul perjanjian yang tertera dalam surat jaminan tersebut.

“Intinya adalah memastikan mereka bisa dipindahkan ke KBRI dan kita bisa memulangkan mereka yang tidak dibutuhkan dalam proses hukum.”

Demi penuhi panggilan Allah

CALON JEMAAH HAJI. Sejumlah calon jemaah haji korban penipuan melalui Filipina tiba di Bandara Internasional Juanda Surabaya, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu, 4 September. Foto oleh Umarul Faruq/ANTARA

Kendati menggunakan kuota haji negara lain dan tertangkap, namun jemaah haji Indonesia, khususnya yang berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel) mengaku tidak menyesal. Mereka bahkan rela diberangkatkan ibadah haji melalui Filipina, walau akhirnya tertahan dan dideportasi.

Salah seorang jemaah haji asal Bone, Nurdin Falla Colle (53 tahun) mengatakan, dia dan beberapa rekannya berangkat ke Filipina pada tanggal 17 Agustus lalu. Melalui sebuah jasa biro pemberangkatan haji di Parepare, dia berangkat ke Filipina dengan harapan besar bisa menunaikan rukun Islam terakhir itu.

Tetapi, begitu tiba di sana, mereka malah diminta menunggu oleh oknum biro jasa travel agar bisa diberangkatkan ke Arab Saudi. Saat berada di bandara, di Bandara Ninoy Aquino, mereka diminta mengisi lembaran dokumen dengan Bahasa Tagalog.

“Ada jemaah yang ketahuan tidak menggunakan Bahasa Tagalog oleh panitia haji di sana. Akhirnya, kami semua diperiksa dan ketahuan bukan warga Filipina. Padahal, sedikit lagi kamu akan memenuhi panggilan Allah,” kata Nurdin yang enggan menyebut nama travel haji yang digunakannya pada Minggu, 4 September di Bandara Makassar.

Senada dengan Nurdin, Sessu Boda Widdi (64 tahun) juga mengaku gembira ketika tiba di bandara di Manila. Dia sangat berharap dapat menunaikan ibadah haji di usia yang tak lagi muda.

Warga Kabupaten Wajo itu mengaku tidak sanggup mengikuti program ibadah haji yang disiapkan pemerintah. Daftar tunggunya dinilai sangat lama.
Apalagi, kuota haji untuk daerahnya hanya berkisar antara 50-100 orang saja per tahun. Sementara, jumlah calon jemaah haji yang masuk daftar tunggu mencapai ratusan ribu orang.

“Saya tidak menyesal harus berangkat haji lewat Filipina, ini kan panggilan Allah, kita tidak boleh menyesal,” kata Sessu ketika ditemui media.

Tetap tersenyum di dalam penjara

Ratusan calon jemaah haji itu sempat dimasukkan ke dalam penjara di Filipina. Tetapi, calon jemaah haji asal Sulsel tetap tersenyum dan tidak menampakkan kesedihan.

Berdasarkan data, calon jemaah haji asal Sulsel memang yang terbanyak yakni mencapai 110 orang. Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Letnan Jenderal TNI Purn Johny Lumintang mengatakan selama berada di dalam penjara imigrasi, mereka ditempatkan di dalam sel dengan kapasitas 15 orang.

Kendati begitu, dia mengakui kehebatan warga Sulsel yang tak gentar dengan kondisi itu. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang tetap berkomunikasi dan sesekali tersenyum untuk menghilangkan rasa stres.

“Saya akui orang Sulsel memang berani. Tidak hanya dalam insiden ini, tapi korban Abu Sayyaf yang berhasil kabur dengan melalui ancaman besar pun itu juga warga Sulsel. Saya pribadi akui keberanian warga Sulsel,” kata Johny lagi. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!