Diprotes FUIS, Pork Festival ganti nama jadi Festival Kuliner Imlek

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Diprotes FUIS, Pork Festival ganti nama jadi Festival Kuliner Imlek
Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah AM Jumai tetap tak terima festival makan babi diadakan, meski telah berubah nama

 

SEMARANG, Indonesia — Setelah mendapat protes keras dari organisasi massa Forum Umat Islam Semarang (FUIS), panitia Pork Festival akhirnya memutuskan untuk mengubah nama acara tersebut menjadi Festival Kuliner Imlek.

Ketua Komunitas Kuliner Semarang, Firdaus Adinegoro, sebagai penggagas festival makanan babi tersebut mengatakan, perubahan nama tersebut merupakan hasil kesepakatan dari mediasi yang digelar oleh pihak kepolisian di Mapolrestabes Semarang pada Jumat, 20 Januari.

“Saat mediasi saya diminta untuk menandatangani surat pernyataan untuk mengganti nama jadi Festival Kuliner Imlek,” kata Firdaus kepada Rappler, pada Sabtu, 21 Januari.

“Ini menurut saya menjadi dilematis di mana dari awal kita kepingin mengusung nama Pork Festival agar warga Muslim tahu kalau di sini ada festival babi, sehingga mereka tidak tertipu,” katanya sembari menunjukkan bukti surat pernyataan yang ditandatanganinya.

“Nah, kalau diganti namanya, saya rasa jadi abu-abu. Takutnya banyak orang tidak tahu kalau di sini menjual masakan daging babi,” ujarnya.

“Yang jelas, ormas Islam tidak punya hak melarang orang jualan daging babi. Karena tidak ada dalam aturan perundang-undangan.”

Firdaus kemudian mengimbau kepada masyarakat Muslim agar tidak datang ke lokasi festival. Sebab, daging babi diharamkan oleh agama Islam. Meski demikian, ia mengatakan, panitia tetap menjalankan acara itu untuk menghormati warga Tionghoa yang ingin mencicipi menu olahan daging babi saat Imlek tiba.

Meski berganti nama, konsep acara Festival Kuliner Imlek tetap sama dari rencana semula, yakni 30 deretan stand di dalam tenda besar yang menjual aneka ragam menu olahan daging babi; mulai dari babi gongso, sate babi, lumpia babi, lebah babi, hingga sup babi dengan harga murah meriah. 

“Hanya Rp30 ribu sampai Rp50 ribu mereka bisa makan babi di sini sepuasnya,” kata Firdaus.

Dengan adanya penolakan dari kelompok berbasis agama yang ada, menurutnya, saat ini animo masyarakat justru semakin tinggi untuk mendatangi festivalnya. Dalam rentang sepekan mulai 23-29 Januari ia yakin mampu meraup pengujung di atas 10 ribu jiwa.

“Sudah jadi viral dimana-mana, makanya banyak orang dari luar kota sampai ke mancanegara mau datang ke Mall Sri Ratu. Ini murni acara untuk menyambut Imlek di Semarang dengan semangat yang unik dan berbeda,” katanya merujuk pada lokasi acara nanti.

Untuk saat ini, ia telah mematangkan acaranya. Sejak Jumat malam, para penjual masakan babi dari kampung Pecinan seluruh daerah sudah diinformasikan soal hasil mediasi tersebut.

“Yang jelas, mereka [ormas Islam] tidak punya hak melarang orang jualan daging babi. Karena tidak ada dalam aturan perundang-undangan,” kata Firdaus. 

Elemen Islam tetap menolak

Surat pernyataan pergantian nama Pork Festival menjadi Festival Kuliner Imlek. Foto oleh Fariz Fardianto/Rappler

Sementara itu, Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah AM Jumai mengaku tak terima bila acara Pork Festival tetap digelar, walaupun telah berganti nama. 

Ia bahkan akan mengadukan masalah itu kepada Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi karena merasa kecewa dengan panitia acara. Ia juga merasa disudutkan dengan kabar yang beredar selama ini.

“Nanti saya akan menagih komitmen dari Pak Wali Kota bagaimana sebaiknya menyikapi penyelenggaraan acara tersebut,” kata Jumai.

Padahal, menurutnya, dalam kesepakatan di hadapan polisi kemarin telah memutuskan untuk membatalkan penyelenggaraan Pork Festival.

“Saya tidak peduli dengan semua argumen yang mereka sampaikan ke media massa bahwa perubahan nama itu justru membuat sesuatu yang sudah jelas jadi abu-abu lagi, itu semua hanya omong kosong,” kata Jumai.

Saat ini, ia sudah bertemu dengan pimpinan Majelis Ulama Islam (MUI) Kota Semarang dan Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Semarang KH Anashom untuk menggalang dukungan dalam rangka menolak Pork Festival yang digelar pada 23 Januari besok. 

Ia mengklaim kedua tokoh Islam itu juga kaget tatkala tahu ada festival makanan daging babi digelar di tengah kota.

“Apalagi itu ruang publik yang berdekatan dengan Kampung Kauman yang notabene jadi pusat perkampungan Muslim terbesar di Semarang. Apa kata orang nanti setelah ada acara ini, orang-orang malah melihat selain lumpia, makanan babi juga jadi ikon yang baru,” katanya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!