SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia – Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta putaran kedua kurang dari dua pekan lagi. Namun, panasnya persaingan untuk merebut simpati publik terus bergulir. Berbagai isu miring yang menghinggapi kedua pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur pun terus berhembus hingga hari ini.
Salah satunya pengakuan musisi asal Israel, Gad Elbaz yang menuding lagunya berjudul Hashem Melech telah didaur ulang dan dipakai oleh pasangan cagub nomor urut tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Melalui akun instagram miliknya, musisi berusia 34 tahun itu mengabarkan kepada dunia bahwa lagu miliknya telah disadur ulang oleh Sandi.
Elbaz bahkan menyebut Sandi seorang Muslim ekstrim yang anti terhadap Israel. Lagunya sudah dirilis ke dunia internasional sejak tahun 2013. Menurut Elbaz, Sandi disebut telah menjiplak lagunya untuk kepentingan politik.
Klarifikasi kemudian disampaikan oleh tim media Anies-Sandi. Melalui situs Jakarta Maju Bersama, mereka meluruskan bahwa tembang kampanye berjudul Kobarkan Semangat bukan menjiplak lagu Elbaz. Lagu itu justru dibeli secara resmi dari pencipta lagu C’est La Vie yang diproduksi oleh Red One. C’est La Vie dibawakan oleh Khaled, seorang musisi dan pemain berbagai instrumen asal Al-Jazair.
“Namun liriknya diciptakan oleh Shoutul Harokah dan dibawakan oleh Taufiq Ridho Allahuyarham yang ketika itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKS periode 2013-2016,” tulis perwakilan media di situs tersebut.
Lagu tersebut dibawakan oleh keduanya untuk pemilu legislatif tahun 2014. Lagu itu pula yang kini digunakan sebagai salah satu tembang untuk mengiringi kampanye Anies-Sandi.
Dalam situs itu, tim media Anies-Sandi juga menjelaskan bahwa lagu C’est La Vie tersebut nyatanya juga disadur ulang oleh musisi Elbaz menjadi Hashim Melech 2.0 bersama rapper Nissim.
“Jadi, kesimpulannya lagu Kobarkan Semangat Indonesia bukan mencontek lagu musisi Israel,” kata mereka.
Tim media Anies-Sandi juga berhasil melacak pihak yang menghembuskan tudingan plagiat itu kali pertama. Mereka menyebut isu tersebut pertama kali oleh Pendeta Gilbert Lumoindong. Namun, melalui akun Twitternya, Gilbert mengaku pernyataan tersebut keliru dan meminta maaf.
Protes Elbaz bukan hal baru di dunia politik. Bahkan, dalam pemilihan umum Amerika Serikat, Donald Trump pun sempat ditegur karena menggunakan beberapa lagu populer seperti “We Are The Champion” milik Queen, “You Can’t Always Get What You Want” dari Rolling Stone hingga “It’s End of The World” karta R.E.M. Semuanya digunakan oleh Trump tanpa izn.
Alhasil, melalui akun Twitter resmi, Queen melarang Trump menggunakan semua lagu mereka. – Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.