Inggris ungkap identitas tiga pelaku serangan teror Jembatan London

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Inggris ungkap identitas tiga pelaku serangan teror Jembatan London
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan muncul trend baru di mana pelaku meniru serangan teror yang sebelumnya terjadi

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) — Kepolisian Inggris akhirnya mengungkap identitas tiga pelaku teror di Jembatan London dan Borough Market. Identitas mereka dirilis pada 5-6 Juni. 

Ketiganya diketahui bernama Khuram Shazad Butt, Rachid Redouane, dan Youssef Zaghba. 

Butt diketahui menjadi pemimpin dari kelompok tersebut dan menabrak para pejalan kaki di Jembatan London. Sejak awal pria berusia 27 tahun itu tidak malu-malu untuk mengungkapkan pandangan ekstrimisnya. Bahkan, dia pernah terekam stasiun televisi Channel 4 tengah membawa bendera berwarna hitam dengan tulisan Arab ke Regent’s Park. 

Butt juga pernah ditangkap dan ditahan selama satu jam bersama anggota kelompok militan al-Muhajiroun pada tahun 2015 lalu. Tetapi, tak lama kemudian dibebaskan. Kelompok al-Muhajiroun dilarang setelah peristiwa bom bunuh diri pada 7 Juli 2005 lalu yang menewaskan 52 orang.

Namun, pergerakannya terus dipantau oleh badan intelijen MI5 dan petugas polisi anti terorisme lainnya. Kini, publik berpikir dengan heran mengapa seseorang yang sudah masuk ke dalam radar MI5, justru tidak ditangkap sebelum dia melakukan serangan teror lainnya. 

Sementara, Redouane yang merupakan warga Maroko-Libya bekerja sebagai koki spesialisasi di pastry (kue). Beberapa jam sebelum aksinya, Redouane diketahui menemui istrinya. Diduga dia juga sekaligus ingin berpamitan dengan putrinya.

Sementara, Zaghba adalah warga Italia yang pernah ditahan di negara asalnya karena akan menyeberang ke Suriah. Baru-baru ini dia pindah ke London bagian timur dan bekerja di sebuah restoran.

Menurut laporan media Italia, Zaghba dibesarkan kedua orang tuanya di Maroko. Tetapi, kedua orang tuanya berpisah ketika usianya menginjak remaja. 

Dia kemudian tinggal bersama ayahnya di Inggris, tetapi sesekali masih mengunjungi ibunya di area Bologna. 

Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab dengan menggunakan ketiga pemuda itu untuk melakukan teror di Jembatan London dan Borough Market pada Sabtu malam, 3 Juni lalu. Akibat serangan teror itu, tujuh orang tewas. Sedangkan, 48 korban lainnya masih dirawat di rumah sakit. 

“Sebuah detasemen pejuang dari ISIS telah melakukan serangan di London kemarin,” klaim ISIS melalui Majalah Amaq. 

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan masih terjadinya teror di negara yang dia pimpin karena berkembangnya ideologi Islam ekstrimis yang jahat. Dia bersumpah akan memupus habis semua paham tersebut. 

Dia mengatakan serangan di Jembatan London tidak terkait dengan dua teror lain yang terjadi di Inggris yakni di Manchester dan Westminster. Namun, dia meyakini dari kejadian ini ada trend teror baru yang muncul.

May juga memperingatkan bahwa aksi tersebut bisa menjadi inspirasi dan ditiru oleh pelaku teror lainnya. Mereka menggunakan kendaraan menabrak korban hingga tewas, lalu keluar dan menusuk orang-orang yang ada di sekitarnya. 

Sejauh ini, sudah ada 11 orang yang ditahan oleh kepolisian Inggris terkait penyerangan di Jembatan London dan Borough Market. Sementara, hingga kini mereka belum merilis identitas tiga orang pelaku teror, di mana salah satu di antara mereka mengenakan jaket bom palsu untuk menakuti petugas. 

Polisi juga tengah memastikan apakah mereka beraksi seorang diri atau masih ada jaringan lainnya. 

“Identitas dari pelaku yang berhasil dilumpuhkan akan dirilis secepatnya,” ujar Kepala Polisi Penanganan Anti-Teror Inggris Mark Rowley. 

Seorang saksi mengatakan, selain menabrak sejumlah pejalan kaki, sejumlah penyerang juga menikam orang-orang di sekitar Borough Market yang berada di dekat Jembatan London.

Akibat aksi berutal ini, setidaknya 48 orang mengalami luka. Mereka dirawat di lima rumah sakit di London. Sementara BBC melaporkan korban tewas akibat aksi brutal ini mencapai tujuh orang.

Seorang reporter BBC yang berada di lokasi saat kejadian, Holly Jones, mengatakan van tersebut menabrak orang-orang di trotoar dengan kecepatan sekitar 80 km/jam.

Sementara saksi lain mengatakan van tersebut melaju secara zig-zag sebelum menghantam kerumunan orang di Jembatan London.

“Saya melihat van berjalan ke kiri-kanan, kanan-kiri, mencoba menabrak orang sebanyak mungkin,” kata Alessandro, seorang saksi, seperti dikutip dari BBC.

Sementara Wali Kota London Sadiq Khan mengecam aksi brutal ini. “Serangan ini adalah serangan yang disengaja dan pengecut. Tak ada pembenaran untuk aksi biadab semacam ini,” katanya

Koran setempat, The Sun menyebut polisi telah berhasil melumpuhkan tiga pelaku dengan cara menembak keduanya. Sementara pelaku lainnya masih diburu.

Sebelumnya warga Inggris dikejutkan dengan serangan bom yang terjadi di Manchester Arena, Senin 22 Mei. Akibat serangan ini, 22 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.

Tidak ada WNI jadi korban

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Inggris di London memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam serangan di Jembatan London dan di Borough Market. Meski begitu mereka menghimbau WNI di sana untuk tetap waspada.

“KBRI London terus memonitor dan berkoodinasi dengan pihak-pihak terkait tentang perkembangan insiden ini,” demikian pernyataan KBRI London dalam akun twitter resmi mereka.

—dengan laporan AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!