Kerinduan warga Semarang terhadap jamu Nyonya Meneer

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kerinduan warga Semarang terhadap jamu Nyonya Meneer
Warga Semarang mengaku jamu bubuk Nyonya Meneer ampuh mengobati berbagai penyakit, salah satunya pegal linu

SEMARANG, Indonesia – Sebuah depot jamu di pojok lampu merah Jalan Sriwijaya, Semarang, Jawa Tengah, tampak ramai, pada Senin malam 7 Agustus. Lewat tengah malam, para pembeli berdatangan untuk membeli ragam racikan jamu yang tersaji di depot tersebut.

“Kepingin nyari jamu asam urat tetapi di sini sudah enggak jualan. Ini saya cuma beli pegal linu,” ujar Sajiman, seorang pembeli jamu yang ditemui Rappler di depot itu.

Ia terlihat tengah menenggak jamu pesanannya. Saat itu, jamu yang ia pesan produksi Nyonya Meneer. Ia menganggap jamu merek Nyonya Meneer sangat mujarab untuk mengobati penyakit dalam tubuh.

Pegal linu, katanya jadi andalannya sejak lama bila tubuhnya tengah sakit. Menurut Sajiman, rasanya yang cenderung pahit jadi ciri khasnya sejak lama.

Istrinya bahkan kerap mampir ke depot Nyonya Meneer untuk sesekali membeli jamu racikan galian singset.

“Tapi sayangnya akhir-akhir ini sudah enggak ada lagi jamunya. Ya seringnya cari jamu lainnya yang khasiatnya hampir mirip,” kata dia.

Sementara, menurut pemilik depot, Tri Gustin, saat ini depotnya jarang mendapat pasokan berbagai jenis jamu hasil produksi Nyonya Meneer. Jika beruntung, ia hanya mendapat beberapa bungkus jamu dalam jumlah terbatas.

“Sudah jarang dapat kiriman dari Nyonya Meneer. Kalaupun dapat ya sebulan cuma sekali, malah sama sekali enggak dapat. Padahal dulu tanpa diminta pun pasti dapat kiriman jamu banyak sekali,” katanya.

Ia mengaku telah mengetahui jika PT Nyonya Meneer telah pailit. Hal itu semakin diperkuat dengan pemberitaan media yang menyebut pengadilan resmi mempailitkan pabrik jamu tertua di Indonesia itu.

Tri menyayangkan hal tersebut mengingat jamu buatan Nyonya Meneer hingga saat ini masih digemari masyarakat Semarang.

“Konsumen banyak yang nyari jamunya kemari. Kebanyakan suka memesan pegal linu, asam urat, galian singset dan sakit kepala. Tapi, ya apa boleh buat lah wong setahun terakhir pasokannya seret. Cuma dapat stok lama. Kadana, hanya sepuluh biji atau satu bungkus saja,” kata dia.

Jamu Nyonya Meneer yang diseduh di depotnya tergolong murah meriah. Rappler yang mencoba seduhan jamu Nyonya Meneer cukup merogoh kocek Rp 10 Ribu. Jika dibawa pulang, konsumen hanya perlu membayar Rp 3.000.

Terkadang ia kangen terhadap jamu-jamu ramuan Nyonya Meneer. Rasanya yang khas ditambah nuansa jadul pada bungkusnya membuatnya bisa bernostalgia pada masa lampau.

“Kangen, Mas sama jamune Nyonya Meneer. Galian singset yang paling laris di sini. Khasiatnya buat merampingkan tubuh perempuan,” kata dia.

Ada pula ramuan khas lainnya mulai jamu batuk, sariawan, jamu choro untuk ibu yang hamil muda dan tua, racikan jamu asam urat serta ramuan mujarab lainnya.

Depot Nyonya Meneer milik Tri sudah berdiri sejak Juni 1999 silam. Selama 18 tahun lamanya, Tri mengenang era kejayaan jamu racikan Nyonya Meneer.

Saban hari ia membuka depot pukul 19:00 WIB-00:00 WIB dini hari. Bila ia membeli dalam jumlah banyak, tak jarang mendapat bingkisan suvenir dari para sales. Ia mengaku pernah mendapat hadiah lampu, gelas dan spanduk saat memborong jamu Nyonya Meneer.

“Umpama beli jamu Rp 2 juta saya pasti dapat lampu. Dapat display toko. Sekarang enggak pernah lagi. Minyak telonnya saja jarang dijual. Kalah Mas, sama pabrik jamu sebelah,” katanya sambil menyebut merek jamu Sido Muncul, pesaing Nyonya Meneer.

Minimnya pasokan memaksanya beralih menjual jamu merek lain. Selain menyediakan ragam merek, harganya tetap terjangkau.

“Pabrik sebelah memproduksi tolak angin, pegel linu, encok, rematik, sama persis kayak Nyonya Meneer. Hanya saja produknya dalam bentuk cair,” tutur Tri.

Kehabisan stok

PIAGAM. Siti Kurnia memajang beragam piagam yang didapatnya dari PT Nyonya Meneer. Foto oleh Fariz Fardianto/Rappler

Pemilik depot resmi Nyonya Meneer lainnya, Siti Kurnia, mengatakan penjualan jamunya sudah berhenti total. Stoknya kini sudah habis.

Padahal, dulu depotnya sangat dikenal oleh warga kota. Para pelanggan kerap mengantre untuk menenggak jamu racikan Nyonya Meneer.

Ia bilang ketika jaya, depotnya kerap menyabet juara lomba seduh jamu yang digelar oleh Nyonya Meneer. Berbagai penghargaan masih ia pajang di depotnya mulai plakat sampai piagam.

Ragam penghargaan itu kemudian ditempel di tembok untuk mengenang masa keemasan pabrik jamu bubuk tersebut.

Saat ini, ia mengaku pendapatannya merosot drastis sejak Nyonya Meneer mengalami kebangkrutan. Ia terpaksa banting setir berjualan alat tulis sekolah.

“Pelanggannya masih banyak. Sayang sekali kalau tutup. Di tempat saya saja ada ratusan,” katanya.

Di depotnya, jamu yang paling laku yakni pegel linu, awet ayu, pria sehat serta jamu khusus untuk ibu sehabis melahirkan. Menurut Siti, salah satu alasan Nyonya Meneer bangkrut karena mereka tidak lagi berinovasi.

“Sekarang orang suka (jamu) yang cair. Nyonya Meneer enggak laku lagi,” kata Siti. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!