Pabrik Nyonya Meneer disegel kurator pasca dinyatakan pailit

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pabrik Nyonya Meneer disegel kurator pasca dinyatakan pailit
Kurator tengah menghitung ulang aset yang dimiliki oleh Nyonya Meneer

SEMARANG, Indonesia – Pabrik PT Nyonya Meneer yang berlokasi di Jalan Kaligawe KM 4, Semarang, Jawa Tengah resmi disegel oleh pihak kurator pada Rabu pagi, 9 Agustus. Keputusan itu diambil pasca pihak pengadilan setempat menyatakan produsen jamu bubuk itu pailit pada Kamis pekan lalu.

Adhitya Prihandono, seorang staf kuasa hukum kurator Nyonya Meneer memastikan aset pabrik Nyonya Meneer di Kaligawe saat ini telah resmi dikelola oleh pihaknya.

“Sudah mulai disegel kemarin, untuk aset-asetnya saat ini sudah dikelola kurator. Kami sedang menghitung ulang total nilai aset yang dimiliki Nyonya Meneer selama ini,” ujar Adhitya kepada Rappler pada Kamis, 10 Agustus.

Ia menyatakan proses penghitungan total aset masih dilakukan sambil menunggu langkah terakhir bos Nyonya Meneer yang ingin mengajukan kasasi ke Pengadilan Niaga Semarang. Adhitya menjelaskan pihak kurator bersama kreditor dan debitur telah menjadwalkan pertemuan untuk membahas kelanjutan penyitaan aset pabrik jamu tersebut di Pengadilan Niaga Semarang.

“Tanggal 11 Agustus bertempat di PN Semarang akan ada pertemuan dengan kreditur dan debitur untuk mengumumkan vonis kepailitan Nyonya Meneer. Kami juga akan umumkan di media massa lokal. Kemudian kami juga akan menggelar rapat yang kedua untuk memutuskan seperti apa pengelolaan aset Nyonya Meneer yang telah disegel,” katanya.

Mantan buruh terkejut

Sementara, adanya penyegelan pabrik Nyonya Meneer membuat beberapa pihak terkejut, terutama beberapa mantan buruh jamu bubuk itu. Endang Kurniati salah satunya. Ia kebetulan mampir ke Nyonya Meneer untuk melihat proses penyegelan dari pihak kurator.

Endang mengaku tak menyangka bekas pabrik yang dulu tempatnya memeras keringat bernasib tragis seperti sekarang. Ia sempat menggantungkan hidup di sana selama 35 tahun terakhir di pabrik itu, mengenang era kejayaan selama dekade 80-90an.

“Saya bekerja di sini sejak 1979 silam, pulang-pergi ngonthel dari Kampung Busuk Sayung menuju Kaligawe. Saya malah sempat dapat penghargaan sebagai pegawai teladan karena selama jadi mandor bagian produksi pil bersalin. Saya dianggap loyal kepada perusahaan. Makanya, saya sedih sekali kalau melihat (pabrik) sekarang sudah disegel,” ujar perempuan berusia 53 tahun itu.

Ia mengenang memperoleh uang Rp 2.000 karena dianggap loyal bekerja di Nyonya Meneer selama 25 tahun. Selama bekerja di Nyonya Meneer, Endang mengaku diupah per bulannya Rp 1.650,00. Angka itu cukup besar kala ia bekerja dulu. Apalagi jika dikalikan waktu bekerjanya yang lima hari dalam satu pekan.

“Itu upah yang sangat besar,” katanya.

Ia mengaku pernah menggapai kesuksesan dan berulang kali ditempatkan di pabrik minyak telon yang berlokasi di Jalan Raden Patah. Namun, akhirnya ia dipecat ketika bekerja di pabrik yang berlokasi di Kaligawe.

Namun, sayangnya semua justru berakhir dengan tragis usai dirinya dipecat.

“Karena pihak manajemen tidak ngasih tahu sama sekali soal PHK massal, maka saya ikut demo besar-besaran bersama pegawai lainnya,” katanya.

Agar dapurnya tetap mengepul, ia kini memilih bekerja di pabrik kayu yang tak jauh dari pabrik Nyonya Meneer.

“Akhirnya saya kerja di pabrik kayu sejak Januari 2017 kemarin,” katanya. – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!