Kisah Sumarni, pelajar Maros yang kayuh sampan menuju sekolah

Syarifah Fitriani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah Sumarni, pelajar Maros yang kayuh sampan menuju sekolah
Sumarni bercita-cita menjadi guru sekolah usai menamatkan pendidikannya

MAKASSAR, Indonesia – Matahari mulai terbit dari ufuk timur yang menandakan aktivitas pagi dimulai. Jauh dari keramaian kota yang bising, tampak seorang gadis remaja yang mengenakan seragam sekolah berwarna putih biru dan jilbab membelah Sungai Pute dengan menggunakan sampan berusia puluhan tahun.

Gadis yang diketahui bernama Sumarni itu mengayuh sampan menuju ke dermaga terdekat. Tiba di dermaga, perjuangannya masih tetap harus berlanjut agar sampai di sekolah tepat waktu. Kaki kecilnya terus melangkah melewati jarak dua kilometer menuju ke SMP Negeri 28 Salenrang Kabupaten Maros, tempatnya mengenyam pendidikan.

Tanpa ia sadari, beberapa wisatawan tampak memantau segala aktivitasnya di tengah Sungai Pute. Wisatawan yang dipimpin oleh akademisi Universitas Muslim Indonesia (UMI), Zakir Sabara HW merasa kagum dengan perjuangan Sumarni. Mereka pun penasaran ingin mengenal Sumarni sehingga rela menunggu remaja tersebut pulang dari sekolah.

“Saya penasaran dengan gadis ini, ia mendayung sampan sendirian di sungai yang sepi demi mengenyam pendidikan. Sangat kontras dengan kehidupan perkotaan,” ujar Zakir pada Rabu, 16 Agustus.

Akhirnya, Zakir dapat bertemu dengan Sumarni. Peluh tampak membasahi kening dan pelipisnya. Rappler yang ikut dalam rombongan akhirnya mendampingi Sumarni pulang menuju ke rumah.

Sepanjang perjalanan, Rappler sempat bertanya kepada Sumarni apakah ada rasa takut ketika mengayuh sampan seorang diri menuju ke sekolah. Sumarni mantap menjawab tidak takut.

Padahal, beberapa hewan buas seperti buaya dan ular air pernah terlihat di sungai itu. Menurutnya, ia rela melakukan perjalanan jauh dari rumah menuju ke sekolah demi meraih pendidikan yang layak.

Rasa penasaran Zakir akhirnya terbayarkan ketika kami tiba di rumah Sumarni. Rumahnya yang terletak di pinggir sungai sangat sederhana berada di balik tebing kapur Rammang-Rammang Maros. Ia langsung ngobrol dengan ibunya, Aminah.

Sumarni berkisah bahwa aktivitasnya itu sudah ia lakoni sejak duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar.

“Waktu kelas 1 sampai kelas 3, kakak saya yang mendayung. Kebetulan, kakak saya masih sekolah ketika itu. Saat kakak saya tamat (sekolah), mau tidak mau saya mendayung sendiri. Saya tidak takut, karena bersekolah memang kewajiban saya,” katanya.

Saat ditanya mengenai cita-citanya, putri ketujuh dari delapan bersaudara itu menjawab bahwa ia ingin menjadi seorang guru agama. Dia sadar, untuk meraih cita-cita yang mulia tersebut, ia tidak boleh putus asa dan tetap belajar. Apalagi tidak ada sekolah yang dekat dan mudah dijangkau dari rumahnya,

“Saya tidak merasa lelah, semuanya terbayarkan saat saya duduk dan mendengarkan guru memberikan pelajaran,” ujar putri pasangan Lulung dan Aminah itu.

Kejutan sepeda

Pertemuannya dengan Zakir ternyata berujung manis. Sebab, keesokan harinya, Sumarni mendapat kejutan yang akan membantu mempermudah untuk menimba ilmu.

Zakir kembali mendatangi rumah Sumarni pada Kamis, 17 Agustus. Raut terkejut terlihat jelas dari wajahnya ketika tengah menyiapkan masakan untuk menjadi santapan berbuka puasa sunnah.

Zakir datang dengan mengajak beberapa orang lainnya mulai dari komunitas guru besar, pejabat, pengusaha, profesional, politisi dan jurnalis hingga akademisi UMI Makassar. Mereka terlihat membawakan hadiah berupa sepeda untuk Sumarni.

“Ini, Nak, ada bantuan dari kami semua untuk membantu kamu meraih cita-cita. Ada sepeda dan sejumlah uang. Pakailah untuk membeli sampan baru dan gunakan sepeda ini agar tidak perlu berjalan kaki lagi,” kata Zakir yang menyerahkan sepeda dan Tumblr Pack.

Ia berharap kisah Sumarni yang tak lelah menuntut ilmu menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. Menurut Zakir, generasi seperti Sumarni mulai hilang ditelan zaman kemajuan teknologi.

Penyerahan hadiah bagi Sumarni disaksikan Kepala Desa Salenrang M Nasir Dg Sewang, Kasubdit Badan Lingkungan Hidup Maros M Jusuf Latief, Aminah, ibu kandung Sumarni, saudara kandung Sumarni dan rombongan lainnya. Ayah Sumarni, Lulung, terlihat tak nampak dalam momen penting tersebut. Maklum, selain mencari nafkah sebagai petani, Lulung juga merupakan juru bcara doa atau Pa’barazanji di kampungnya.

“Tadi bapak ke kampung sebelah untuk barazanji, jadi tidak bisa ikut hadir di sini,” ujar kakak Sumarni yang berhasil meraih gelar sarjana pendidikan. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!