Tujuh warisan Ahok-Djarot untuk Jakarta

Ananda Nabila Setyani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tujuh warisan Ahok-Djarot untuk Jakarta
Apa saja warisan yang ditinggalkan oleh Ahok-Djarot untuk warga Jakarta?

JAKARTA, Indonesia – Lapangan Banteng menjadi saksi terakhir dari euforia dan apresiasi warga Jakarta terhadap kinerja Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2012-2017 Basuki “Ahok” Tjahja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. 

Ribuan orang yang memadati acara “Kaleidoskop dan Terima Kasih Gubernur 2012-2017” ini dimeriahkan dengan berbagai hiburan dan kedatangan dari Djarot sendiri untuk menyapa warga terakhir kalinya sebagai gubernur.

Djarot akan mengakhiri jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 15 Oktober 2017. “Pada pukul 24:00 WIB saya sudah menjadi warga biasa lagi, seperti saudara-saudara semua,” ujarnya ketika menyapa warga di atas panggung. 

Djarot berdiri di atas panggung sembari didampingi oleh Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi dan penyanyi kondang, Titiek Puspa.

“Masa kampanye sudah selesai, dua jari ini akan berubah menjadi salam damai,” ujar Djarot. Ia juga menuturkan bahwa istri dari Ahok, Veronica Tan, tidak bisa menghadiri acara tersebut. 

Ia mengimbau untuk tetap menjaga situasi kota yang kondusif, sekaligus mengapresiasi pengiriman karangan bunga dan dukungan warga kepada dirinya dan Ahok.  

Djarot juga menyampaikan soal sistematika pergantian pemerintahan di Jakarta, “Surat dari Kemendagri juga sudah kami terima, untuk menunjuk Sekda Pak Saefullah untuk menjadi PLH sampai pemerintahan yang baru,” jelasnya. 

“Kami sudah bekerja maksimal untuk melayani warga Jakarta, Alhamdulillah tingkat kepuasan warga cukup tinggi. RKPD 2018 sudah kami serahkan kepada DPRD, tinggal bagaimana nanti pengesahannya. Kami berharap tetap bisa mewakili pembangunan Jakarta kedepan,” tambahnya.  

Dari acara kaleidoskop yang bertajuk, “Kami Gak Lupa!” ini para relawan yang datang dari berbagai kalangan mengingat sumbangsih yang sudah diberikan Ahok-Djarot dan mantan Gubernur DKI Joko “Jokowi” Widodo yang kemudian terpilih menjadi Presiden RI.

Ketua Panitia Acara Rendy Reinhart menuturkan, “Di sini kami mengapresiasi betul kinerja dari Pak Jokowi, Pak Ahok dan Pak Djarot. Periode ini jadi periode emas karena punya kinerja yang mengubah Jakarta.”

Terobosan-terobosan program dalam satu periode yang dipimpin oleh tiga gubernur berbeda sekaligus mencetak sejarah Jakarta. Berikut tujuh warisan kepemimpinan Jokowi, Ahok dan Djarot selama lima tahun periode berdasarkan sudut pandang relawan.

1. Pembangunan MRT

Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia, Christianto Wibisono dalam acara talkshow di Kaleidoskop menuturkan bahwa, “Pembangunan MRT sudah ketinggalan 25 tahun dengan negara-negara lain. Makanya saya benar-benar merasakan betul bagaimana Pak Jokowi, Pak Ahok dan Pak Djarot mengebut pembangunan MRT di Jakarta,” jelasnya.

Proyek yang dilaksanakan oleh PT. MRT Jakarta ini sudah melaksanakan kemajuan pembangunan yang begitu cepat dalam jangka waktu lima tahun terakhir. Pembangunan MRT ini juga diketahui sudah mencapai 80 persen dan akan beroperasi pada awal tahun 2019.

Pembangunan MRT pertama kali dibuat dengan rute Bundaran HI-Lebak Bulus dan rencananya pada awal tahun 2018 akan memperluas rute pembangunan Fase II ke Bundaran HI-Kampung Bandan. Walaupun dampak pembangunan membuat sejumlah warga mengeluh akibat kemacetan yang ditimbulkan karena penyempitan jalan, tak membuat antusiasme dan dukungan warga pupus untuk menyambut jenis transportasi baru di Jakarta.

2.  Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar

Di awal periode masa jabatannya sebagai Gubernur DKI, Jokowi menggulirkan program jaminan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu. Seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diresmikan pada November 2012, mampu menggratiskan warga yang membutuhkan rawat jalan, rawat inap dan berobat. Jokowi sempat membagi-bagikan KJS ini dengan gayanya yang khas, blusukan.

“Saya waktu itu ke RSCM, mau ngobatin anak saya pake kartu dari Pak Jokowi itu bisa kok, ya bawa KTP sama KK sih buat jaga-jaga,” ujar salah satu warga yang hadir di acara Kaleidoskop, Tursina.  

Ia juga menuturkan bahwa KJS ini mampu memudahkan akses kesehatan ke sejumlah rumah sakit, yang dahulu birokrasinya sangat berbeli-belit.

Tak hanya KJS, Jokowi juga menggulirkan Kartu Jakarta Pintar (KJP) pada Desember 2012. KJP merupakan program untuk memberikan pendidikan bagi warga yang tidak mampu dengan minimal dibiayai penuh dari dana APBD Pemprov hingga tamat SMA/SMK. Selain itu mereka juga mendapatkan akses naik bis Transjakarta secara gratis.

Namun karena sempat disalahgunakan, KJP akhirnya diterapkan melalui sistem Electronic Data Capture (EDC), agar siswa bisa membeli peralatan sekolah. Sehingga uang dari KJP tidak dicairkan melalui dana tunai.  

3.  Kampung Deret

Pemukiman kumuh yang menjadi permasalahan ibukota selama bertahun-tahun sempat dibenahi oleh Jokowi dan Ahok saat menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Pada 3 April 2014, Jokowi meresmikan 4 kampung deret siap huni yang berada di Petogogan, Pasar Minggu, Cilandak dan Gandaria.

Ia menyambangi kampung deret Petogogan untuk melakukan peresmian secara simbolis dan memberikan 5 Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) kepada 5 pemilik rumah. 

Ketua RT 12 di Petogogan, Dwi Hayuning menuturkan, “Kami sebagai warga senang sekali dengan renovasi ini, bikin kehidupan kami lebih layak lah. Karena sebelumnya disini kumuh banget,” ujarnya.

Walaupun bangunan-bangunan rumah telah berdiri kokoh dan difasilitasi dengan musholla, penerangan jalan yang memadai, penghijauan taman serta taman bermain anak, namun hingga kini warga masih menunggu janji Jokowi untuk memberikan SHGB kepada mereka. Gubernur Jakarta, Djarot juga belum sempat menyelesaikan permasalahan ini lantaran masa jabatannya yang sudah berakhir.

4.  Simpang susun Semanggi

Simpang susun Semanggi yang sempat dicanangkan oleh Ahok pada masa kepimimpinannya bertujuan untuk mengurangi kemacetan di wilayah Semanggi sebanyak 30 persen. Lantaran wilayah tersebut selalu menjadi titik utama pertemuan dari berbagai arah dan menyebabkan kemacetan yang berkepanjangan.

Uniknya pembangunan ini tidak dibiayai oleh APBD, melainkan dari perusahaan swasta. Ia merealisasikan salah satu program kerjanya, yakni Koefisien Luas Bangunan (KLB). Sehingga pemenang tender, perusahaan BUMN, PT. Wijaya Karya (WIKA) dan pembuat lanskap, Toyota Corp kemudian berhasil menyelesaikan pembangunan jalan non-tol ini secara cepat.

5.   Revitalisasi Kalijodo

Pada Juni 2017, wilayah Kalijodo sempat menjadi kontroversial akibat gagasan Ahok untuk menggusur kawasan prostitusi tersebut. Berbagai pro dan kontra dilontarkan, tak hanya dari kalangan masyarakat, namun politisi dan tokoh-tokoh berpengaruh. Lantaran Ahok akan meratakan kawasan tersebut dan menjadikannya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).

Ahok pada saat itu menetapkan bahwa Kalijodo masuk ke dalam peta jalur hijau, sehingga prostitusi bukan menjadi alasan utama penggusuran. Kawasan 1,5 hektar tersebut dikembalikan peruntukannya menjadi taman yang sekarang bisa dinikmati oleh warga.

Taman Kalijodo kini memiliki area skateboard, plaza, forest sculpture dan area tamasya warga. Sejak peresmiannya, Kalijodo kini sudah cukup rindang untuk dijadikan area rekreasi bagi masyarakat.

6. Revitalisasi Sungai

Tak hanya mengembalikan lahan hijau, Ahok juga berupaya untuk melakukan revitalisasi terhadap sungai Ciliwung. Dengan harapan, agar kawasan Jakarta dapat meminimalisir potensi banjir. Juga menuai protes dan pro-kontra dari warga di bantaran sungai, Ahok tida bergeming.

Ketua Menurutnya, ini adalah realisasi dari janji kampanyenya bersama Jokowi. Sekarang, beberapa bantaran kali yang sempat direvitalisasi adalah daerah Condet, Kampung Pulo dan Pasar Minggu. Warga yang tinggal di bantaran kali tersebut kemudian direlokasi oleh Pemprov DKI Jakarta.

Salah satu relawan Basuki Tjahja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Badja), Nafa Urbach juga turut menuturkan komentarnya terkait banjir di Jakarta. “Saya merasa ada perubahan di Jakarta, lingkungan menjadi lebih bersih, banjir yang berkudang dan banyak jalan yang dibangun,” tuturnya. Ia turut menjadi relawan yang menyanyi dan memeriahkan acara Kaleidoskop di Lapangan Banteng.

7.  Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)

Terobosan ini rasanya memang dinanti-nanti oleh warga DKI Jakarta, lahan hijau dan taman bermain anak yang masih minim dikebut oleh Djarot, ketika Ahok sudah tidak lagi bertugas sebagai Gubernur. RPTRA terakhir yang diresmikan oleh Djarot adalah RPTRA di KKO Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Ia juga mengebut pembangunan RPTRA ini, lantaran masa jabatannya yang sudah diujung tanduk.

Hingga kini terdapat 290 RPTRA yang sudah dibangun oleh Pemprov, sejak pencanangan program dari Jokowi, Ahok hingga Djarot. RPTRA juga dibangun dengan dana non-APBD dan memadukan 10 program PKK, dengan tujuan membangun program Kota Layak Anak.

Pembangunan RPTRA ini juga diutamakan pada kawasan padat penduduk, sehingga mampu menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkumpul dan sekedar melakukan rekreasi yang sehat bersama keluarga. —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!