LINI MASA: Konferensi perubahan iklim COP 23 Bonn

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

LINI MASA: Konferensi perubahan iklim COP 23 Bonn
Dunia menyerukan kepatuhan terhadap kesepakatan Paris meski Trump menyatakan menarik diri, delegasi AS hadir diwakili negara bagian

JAKARTA, Indonesia – Apa pentingnya COP 23 bagi Indonesia? Pertanyaan ini muncul dalam diskusi Pojok Iklim yang digelar di Ruang Museum Gedung Manggala Wanabhakti, Rabu, 1 November 2017.  Doddy S. Sukardi, Direktur Yayasan Mitra Hijau yang menjadi pembicara dalam sesi berjudul “Pengantar Negosiasi Perubahan Iklim UNFCCC” itu memaparkan perjalanan negosiasi sampai Kesepakatan Paris (Paris Agreement) yang dicapai pada COP 21 di Paris, 13 Desember 2015.

(BACA: Lima Poin Penting Kesepakatan Paris).

“Semua memang berpikir bahwa Kesepakatan Paris menjadi tanda-tanya setelah Presiden Trump memutuskan menarik AS dari kesepakatan ini. Tapi, dunia tidak boleh berhenti, karena pertaruhannya besar. Ini relevansi dari COP 23 dan selanjutnya,” kata Doddy yang pernah menjadi tim negosiator Indonesia.  

Presiden Donald. J. Trump menganggap Kesepakatan Paris merugikan ekonomi AS. Selama kampanye, Trump menganggap isu perubahan iklim hanyalah informasi bohong alias hoax buatan Tiongkok.

Presiden ke-44 AS Barack Obama adalah pendukung utama Kesepakatan Paris. Di acara Konvensi Diaspora Indonesia di Jakarta, awal Juli 21017, Obama berbagi kisah di balik layar bagaimana sulitnya mencapai Kesepakatan Paris. AS bersama Tiongkok adalah duet penghasil emisi karbon terbesar di dunia.

(BACA: Barack Obama berbagi kisah di balik negosiasi Kesepakatan Paris).

Ketua Paviliun Indonesia di COP 23, Agus Justianto mengatakan, kehadiran Indonesia melalui Paviliun khusus adalah upaya outreach, menjangkau dunia, agar dapat mengetahui apa yang telah dilakukan Indonesia dalam upaya memenuhi Kesepakatan Paris. 

Sumber: Paparan Doddy S. Sukardi Yayasan Mitra Hijau.

“Lagipula kami melihat bahwa negara-negara bagian di AS masih berkomitmen memenuhi Kesepakatan Paris. Jadi Indonesia terus bergerak maju bersama negara-negara lain,” kata Agus yang juga Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) bidang Ekonomi dan Sumberdaya Alam.

Diskusi Pojok Iklim yang digelar setiap hari Rabu adalah kegiatan pasca COP 21 Paris yang dimaksudkan menjadi forum berbagi upaya semua pihak yang berkepentingan dalam isu perubahan iklim. Beragam topik digelar dengan beragam pembicara. Diskusi berlangsung intens pula di Whatsapp Group yang dibentuk khusus untuk ini.

Agenda Indonesia di COP 23

COP atau Conference of Parties adalah forum di mana wakil resmi dari 195 negara dan 1 blok ekonomi (Uni Eropa) bertemu mendiskusikan rencana kemanusiaan untuk memerangi perubahan iklim. Kita juga mengenal COP sebagai konferensi tahunan Perubahan Iklim. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada tahun 2007 di Bali.

Poin penting Kesepakatan Paris adalah upaya mitigasi dengan cara mengurangi emisi dengan cepat untuk mencapai ambang batas kenaikan suhu bumi yang disepakati, yakni di bawah 2 derajat Celcius dan diupayakan ditekan hingga 1,5 derajat Celcius.

COP 23 digelar di Bonn, Jerman, sejak 5 November sampai dengan 17 November 2017. Di Bonn pula letak sekretariat UNFCCC, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nur Masripatin mengatakan pertemuan COP 23 agak berbeda dengan sebelumnya, yaitu satu konferensi dalam konsep dua zona (One Conference, Two Zones Concept), dengan dua agenda utama COP-23 yaitu perundingan (negosiasi) dan nonperundingan.

“Secara umum, misi delegasi Indonesia pada COP-23, yaitu memastikan kepentingan Indonesia terakomodir dalam hasil pembahasan pengaturan rinci ‘Modality, Procedure, and Guidelines’ (MPGs) untuk pelaksanaan ‘Paris Agreement’,” kata Nur.

Beberapa persiapan telah dilakukan oleh Ditjen PPI KLHK selaku National Focal Point (NFP), antara lain pembentukan tim negosiator, tim sekretariat delegasi Republik Indonesia, tim paviliun RI, penyiapan kantor delegasi RI, penyiapan side event Indonesia dengan tema “Forest and Land Sector”, penyusunan dan penyampaian submisi Indonesia, penyusunan posisi delegasi RI, dan pedoman delegasi RI yang telah dimulai sejak Juni 2017.

Tema Paviliun Indonesia di COP 23

Agus Justianto menyebutkan tema paviliun kali ini, yaitu “A Smarter World: Green Solutions for A Changing Climate”. Tema ini menggambarkan komitmen, kesiapan, dan kesanggupan Indonesia dalam memberikan solusi untuk perubahan iklim global, melalui aksi nyata dan mendorong masyarakat dunia yang lebih cerdas.

“Tema tersebut dibagi kembali dalam empat subtema, yaitu strategi (strategy), perencanaan (plan), implementasi (implementation), dan telaahan (review),” ujar Agus dalam keterangan tertulis yang diterima Rappler.

Agus menyampaikan bahwa materi paviliun juga akan diperkaya dengan isu-isu dalam pojok iklim yang rutin dilaksanakan oleh KLHK, seperti energi alternatif, ketahanan perubahan iklim, partisipasi publik, instrumen kebijakan, praktik di lapangan, restorasi ekosistem, instrumen ekonomi dan keuangan, dan blue carbon.

Agenda harian Paviliun Indonesia di COP 23 dapat diakses di sini.

Bagi delegasi Indonesia COP 23 dianggap penting dan menentukan implementasi aksi-aksi nyata mitigasi dan untuk adaptasi  perubahan iklim di tanah air.  

“Indonesia telah menyampaikan kontribusi penurunan emisi karbon ke global dengan 29% melalui sumberdaya sendiri dan 41% bila ada bantuan dari luar negeri. Kontribusi ini sudah cukup ambisius bila dibandingkan dengan negara-negara maju yang seharusnya lebih banyak mengurangi emisinya,” kata Nur Masripatin.

Karena sikap Presiden Trump, untuk pertama kalinya negeri adikuasa itu tidak membangun paviliun sebagaimana negara lain. Tetapi delegasi negara bagian AS dan penggiat perubahan iklim negeri itu hadir dan membangun paviliun dengan tema “We are still”. Banyak yang optimistis pada akhirnya siapapun pengganti Presiden Trump akan mengembalikan komitmen negeri itu.

“Lagipula, realiasi menarik diri tidak bisa seketika. Butuh waktu 2-3 tahun untuk efektif,” kata Agus Justianto.

Pada upacara pembukaan COP 23, Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB Patricia Espinosa mengatakan, “Bersama dengan Agenda Pembangunan Berkelanjutan, kita memiliki jalur jelas untuk sepenuhnya menangani perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.”

Para wakil delegasi menyerukan kepatuhan terhadap Kesepakatan Paris. Ikuti perkembangan terkini dari COP 23 di Bonn di halaman ini.

17 November 2017

Menteri Siti: Tahun ini kita akhiri pengrusakan hutan

HUTAN RUSAK. Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar mengatakan mulai tahun 2017, masyarakat akan menghentikan pengrusakan hutan. Foto diambil dari akun Twitter @SitiNurbayaLHK

Konferensi Perubahan Iklim (COP) 23 di Bonn, membahas keseimbangan dan komitmen yang baru dari implementasi Kesepakatan Paris. Para pejabat tinggi juga menjadikan ajang ini untuk melakukan pertemuan bilateral, menguatkan kerjasama di bidang perubahan iklim.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar bertemu dengan Menteri Lingkungan dan Iklim Norwegia, Vidar Hegelsen, di sekretariat delegasi Indonesia di COP 23.

“Indonesia dan Norwegia berharap kerjasama dapat mendukung penguatan pengelolaan hutan hujan secara global, sebagai kerangka dasar kegiatan penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi di wilayah Asia Pasifik,” demikian ungkap Siti sebagaimana disampaikan lewat akun media sosialnya.

Siti juga menyampaikan, aspek hutan sangat penting dalam pencapaian target NDC (National Determined Contribution) Indonesia, karena 17% dari target 29% penurunan emisi GRK berasal dari sektor kehutanan, sedangkan sektor kedua adalah energi sebesar 11%. Dalam peluncuran kegiatan di Paviliun Indonesia, Siti menyampaikan Indonesia menggunakan program Perhutanan Sosial sebagai salah satu aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, karena hutan merupakan tempat bergantung masyarakat sekitar hutan.

“Kami membangun Perhutanan Sosial yang dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan konsep kewarganegaraan,” kata Siti.

Dalam sebuah tulisan yang dimuat saat berlangsungnya COP 23, Siti juga menyampaikan  bagaimana Indonesia menghargai tinggi hutannya, sebagai upaya menuju masa depan yang berkelanjutan bagi Indonesia. Tulisan berjudul: Valuing our forest: paving the way to a future of sustainability for Indonesia itu bisa dibaca di sini. 

Siti menyampaikan perkembangan penanganan kebakaran lahan dan hutan yang terjadi pada 2015. Begitu pula komitmen yang disampaikan Presiden Joko “Jokowi” Widodo ketika berpidato dalam sesi pemimpin di Paris, November 2015 (BACA: Pidato Jokowi dari kebakaran lahan, energi hingga sampah). Sejak Kesepakatan Paris, sejumlah aksi nyata dilakukan, termasuk beroperasinya Badan Rehabilitasi Gambut (BRG).

Siti juga menyampaikan tindakan tegas pemerintah dalam menindak secara hukum entitas maupun individu yang bersalah melakukan kebakaran lahan dan hutan. Jumlah titik api berkurang banyak pada tahun 2017, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Tahun ini dapat menjadi tahun di mana kita mengakhiri pengrusakan hutan yang membakar masa depan kita,” kata Siti dalam penutup tulisannya. 

COP  23 akan berakhir hari ini, 17 November.

16 November 2017

Norwegia Apresiasi Komitmen Indonesia dalam REDD+

Kabar menjanjikan datang di hari-hari terakhir COP 23 di Bonn, Jerman. Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan pihaknya akan menggantikan posisi AS dalam memenuhi komitmen pendanaan termasuk di Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC).  Panel ini beranggotakan para ilmuwan perubahan iklim dari berbagai negara.

Sikap Perancis didukung Kanselir Jerman Angela Merkel. Kedua negara ini sekarang memegang posisi penting memimpin Uni Eropa. Macron dan Merkel menyerukan agar dunia berkomitmen menjalankan Kesepakatan Paris.

Dalam sesi tingkat tinggi yang dihadiri sejumlah bintang dunia yang dikenal sebagai aktivis perubahan iklim itu, Macron mengulangi kembali tekadnya untuk menaikkan dua kali lipat upaya menanganan perubahan iklim. Bulan Desember 2017, dia akan menggelar Paris Summit untuk memperingati lahirnya Kesepakatan Paris, Desember 2015.

Sebagaimana dikutip media baik Macron maupun Merkel menganggap tidak ada titik mundur bagi komitmen Paris. “Efek perubahan iklim makin berganda dan menjadi kian parah,” ujar Macron.

Dia menambahkan, “Saya berharap (Uni) Eropa dapat menggantikan posisi AS sebagai pemimpin perubahan iklim, dan saya bisa sampaikan bahwa Perancis siap untuk itu.”

Norwegia apreasiasi upaya Indonesia

Sesi Pembahasan Proposal Penurunan Emisi Karbon (NDC) di Paviliun Indonesia di COP 23, Bonn (16/11/2017). Foto oleh Sekretariat Delri

Dari kegiatan di Paviliun Indonesia, Norwegia mengapreasiasi kepemimpinan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan pemangku kepentingan, atas kemajuan pelaksanaan REDD+.  

“Norwegia siap untuk pelaksanaan tahap 3 pembayaran berdasarkan kinerja,” kata Pher Fredrik Ilsaas Pharo, Direktur Perubahan Iklim Internasional dan Inisiatif Kehutanan Norwegia.

Hari ini kegiatan di Paviliun Indonesia juga diisi evaluasi pemenuhan proposal penuruhan emisi karbon, atau dikenal dengan National Determined Contribution (NDC) dengan pembicara antara lain Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa.

15 November 2017 

Menteri Siti Nurbaya Sampaikan Pendekatan Perhutanan Sosial di COP 23

Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar bertemu dengan Menteri Lingkungan, Energi dan Perumahan Finlandia Timo Tiilikainen di COP 23, di Bonn, Jerman (15/11/2017). Foto oleh Sekretariat Delri

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar  bertemu dengan Menteri Lingkungan, Energi dan Perumahan Finlandia, Timo Tiilikainen, di sela-sela agenda di Konferensi Perubahan Iklim di Bonn Jerman. Pertemuan bilateral ini membahas kerjasama di bidang lingkungan hidup dan kehutanan dan negosiasi perubahan iklim.

Sehari sebelumnya, Siti menghadiri tiga pertemuan kunci di COP 23. Pertemuan pertama membahas rencana UN Environment atau UNEP membangun koalisi global untuk gambut. Hal ini sudah diinisiasi sejak COP 22  di Marrakech, serta pernah digelar pertemuan di Indonesia bulan Mei lalu. 

”Sekarang komitmen itu ingin dikukuhkan. Inisiatornya adalah UN Env atau UNEP, Peru, Congo Demokratik dan Congo Republik, serta Indonesia. Sejak terbentuk tahun 2016 sampai dengan sekarang, sudah bergabung 24 negara,” kata Siti, sebagaimana dia sampaikan melalui akun Twitter @SitiNurbayaLHK, 15 November 2017. 

Siti juga menjadi pembicara untuk high segment events, yang digelar Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Turut menjadi pembicara dalam agenda ini Perdana Menteri Tuvalo, Dirjen FAO, Menteri Perikanan Fiji dan Astronot dari European Soace Agency. Moderatornya senior jurnalis BBC, Lucy Hockings. 

Isi pertemuan ini secara umum membahas bagaimana integrasi ketahanan pangan dengan perubahan iklim dari segala aspek. Seperti dari aspek pertanian, perikanan dan kehutanan. 

”Bagian saya menjelaskan dari sisi kehutanan, dan saya ambil angle landscape approach yang tidak lain adalah gabungan physical environment and human environment. Fokus pada warga. Menjadi kabar baik, program Perhutanan Sosial Indonesia yang sedang digesa mulai populer dan menjadi perhatian dunia,” kicau Sri.

(BACA : Menteri Siti Nurbaya puji keberhasilan perhutanan sosial di Kabupaten Probolinggo)

Di ajang COP 23 Menteri Siti juga berbicara pada Panel sesi III FAO yang membahas khusus integrasi pendekatan lansekap. Pada kesempatan ini ia menjelaskan lima pendekatan untuk Indonesia terkait kehutanan, lingkungan hidup dan perubahan iklim. ”Semuanya di bawah judul besar People Centered, Perhutanan sosial,” ujar  Siti. 

Dalam forum Global Peatlands Initiative (GPI), yang digelar Selasa, 14 November 2017, dunia mengapresiasi strategi Pemerintah Indonesia melindungi lahan gambut.  Menteri Siti menjadi pembicara kunci di forum ini.

Menteri Bappenas di Paviliun Indonesia

Pekan kedua COP 23, para pejabat setingkat menteri mulai hadir di pertemuan-pertemuan tingkat tinggi.  

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Bambang Sumantri Brodjonegoro mengisi sesi di Paviliun Indonesia.

Bambang mengatakan, Indonesia menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 dan proyeksi pertumbuhan sampai dengan 2030 yang selaras dengan komitmen pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan Kesepakatan Paris.  

“Indonesia menambahkan indeks resiliensi perubahan iklim dalam pembangunan,” kata Bambang.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Yudha yang tampil dalam sesi bersama Menteri Bappenas menyampaikan bahwa ratifikasi Undang-Undang Kesempatan Paris adalah termasuk yang tercepat dalam sejarah di Indonesia.

14 November 2017

AMAN :  Kalian yang terlibat pembunuhan pemimpin masyarakat adat, memalukan! 

Setiap tahun setidaknya ada 200-an aktivis lingkungan hidup terbunuh. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Mina Setra mengutip data dari Global Witness Report ini saat berpidato di acara Forest Day yang digelar di COP 23 di Bonn, Jerman, 12 November 2017.

Di acara yang juga dihadiri oleh Menteri Ekonomi dan Perubahan Iklim Fiji, Aiyaz Sayed-Khaiyum serta Menteri Sekretaris Negara Jerman Jochen Flasbarth, Mina juga meminta masyarakat dunia memberikan kepercayaan dan motivasi bagi upaya yang dilakukan AMAN bersama masyarakat adat dan mitranya dalam program reforestrasi di Indonesia.

“Separuh dari aktivis yang terbunuh adalah pemimpin masyarakat adat. Ratusan dipenjarakan karena upaya mereka melindungi hutan, sementara ribuan digusur dari wilayah (adat) mereka. Saya harus menyampaikan kepada kalian tentang fakta-fakta kekerasan yang luar biasa. Jadi, maaf saja, tapi saya harus sampaikan hal ini.  Kepada siapa saya yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembunuhan-pembunuhan itu dan kriminalisasi terhadap saudara-saudara kami para masyarakat adat, kalian memalukan!” kata Mina yang menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal AMAN.

Mina juga mengutip data dari ilmuwan yang mengatakan bahwa seperlima dari karbon yang disimpan di hutan tropis dunia, berada di kawasan masyarakat adat. Bukti menunjukkan hutan yang dikelola masyarakat adat kecil kemungkinannya akan dikonversi atau ditebangi.

“Di Indonesia, AMAN dan mitra kami memetakan 8,3 juta hektare kawasan masyarakat adat, di mana 6,3 juta hektar di antaranya adalah kawasan hutan,” ujar Mina dalam keterangan tertulis yang diterima Rappler, 13 November 2017.

AMAN memulai program reforestasi dan energi terbarukan di komunitas yang tak punya akses ke listrik.  Banyak tantangan.

Mina mengingatkan bahwa kemitraan tidak bisa dibangun tanpa bukti adanya kemauan baik.  

“Ketika kita di sini, di COP 23 bicara tentang Kerangka untuk Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal, bagaimana kami bisa berkontribusi secara efektif untuk memitigasi dan adaptasi perubahan iklim jika pimpinan kami dibunuhi?” tanya Mina.

Menko Maritim Sampaikan Komitmen Indonesia Turunkan Emisi

“Presiden pesan, kita harus melakukan aksi nyata, bukan hanya ngomong saja, atau wacana saja,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, di Paviliun Indonesia di Bonn, 13 November 2017.

Luhut menambahkan, “Kita sudah melakukan banyak kerjasama di bidang energi terbarukan,seperti energi solar dan angin,  mengurangi sampah plastik di laut dengan memproduksi aspal dari plastik kresek dan kita juga aktif melakukan pengurangan penggunaan plastik kresek dengan menciptakan alternatif tas plastik dari bahan ramah lingkungan seperti dari singkong atau rumput laut.”  

Sebagai salah satu negara yang rentan terhadap perubahan iklim, serta sebagai negara yang memiliki posisi dan kontribusi penting dalam mitigasi perubahan iklim,  Menko Luhut mengatakan pemerintah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak antara lain juga dilakukan dengan luar negeri.

“Yang penting kerjasama dengan luar negeri itu ada tiga syarat yang harus dipenuhi, pertama adalah  masalah lingkungan, teknologi yang digunakan harus ramah lingkungan, yang kedua harus ada transfer teknologi, dengan itu dia harus melatih orang Indonesia agar cepat beradaptasi dengan teknologi tersebut, yang ketiga harus membangun dari hulu ke hilir agar ada nilai tambah. Hilirisasi penting karena mempunyai nilai tambah, kalau sudah dipenuhi syarat-syarat tersebut, tidak perlu lagi melihat dari negara mana dana itu datang,” ujar Luhut, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 14 November 2017.

Ia mengimbau negara maju untuk membantu Indonesia dalam upaya memperkecil efek perubahan iklim. 

“Indonesia menjadi memiliki ekosistem mangrove atau hutan bakau sebesar 3,1 juta hektare atau 23% dari total mangrove di dunia yang menyumbang oksigen ke dunia. Jadi kalau negara maju punya teknologi (pelestarian dan pengembangan mangrove), sebaiknya dibagi juga kepada Indonesia,” kata Luhut.

13 November 2017

Kepala daerah bicara di panggung perubahan iklim

Gubernur Sumsel Alex Noerdin di sesi Aksi Perubahan Iklim di COP 23, Bonn, Jerman (13/11/2017.) Foto sekretariat delri.

Sejumlah kepala daerah menyampaikan presentasinya di Paviliun Indonesia di COP 23, Senin, 13 November 2017.  Sesi “Climate Actions in Regional Development” menyampaikan laporan kemajuan aksi perubahan iklim di daerah masing-masing.

Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie menyampaikan komitmen dan perencanaan produksi energi berbasis tenaga air di sunga-sungai utama di seluruh wilayah Kaltara. Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin memaparkan upaya menangani  kebakaran hutan dan lahan, restorasi lahan gambut, layanan ekosistem dan rencana pertumbuhan hijau di provinsi itu.

Palembang bakal menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Alex menyampaikan komitmen ajang olahraga terbesar di Asia itu akan ramah lingkungan, termasuk memastikan air bersih, udara sehat dan transportasi yang bersih.

Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo menyampaikan kegiatan adaptasi perubahan iklim, termasuk upaya mencegah banjir dan tanah longsor, meningkatkan kesehatan masyarakat dan kegiatan hijau di lingkungan kabupaten.  Nelson mengatakan bahwa 10% dari anggaran kabupaten dialokasikan untuk program terkait lingkungan dan perubahan iklim.

Juga tampil Bupati Mappi, Papua, Kristosemus Agawemu yang memaparkan  proteksi lahan gambut di wilayahnya, juga kegiatan komunitas untuk menunjang kehidupan warga.

Indonesia usulkan laut masuk kesepakatan Paris

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno yang menjadi salah satu pembicara kunci dalam sesi Ocean Actions Day menyampaikan bahwa negosiasi Kesepakatan Paris tidak menyertakan pakar kelautan, dan hukum laut. Oleh karena itu, tambahnya, hanya ada satu kata samudera dalam kesepakatan itu. 

Dengan minimnya penyebutan kata “samudera” dalam kesepakatan internasional berbasis hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pasca 2020 itu, Havas khawatir apabila upaya mitigasi terhadap perubahan iklim  di samudera menjadi kurang optimal. 

”Kita  minta ada sebuah upaya internasional agar masalah laut menjadi bagian dan Paris Agreement. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan revisi Kesepakatan Paris, atau dengan mekanisme lain yang dapat disepakati bersama,” kata Havas, dalam keterangan tertulisnya.

Menurut sebuah studi yang dipresentasikan dalam COP 23, kini kadar keasaman permukaan samudera naik hingga 26% bila dibandingkan dengan masa sebelum revolusi industri. Hal ini sangat membahayakan ekosistem laut, termasuk mengurangi jumlah stok ikan di laut. 

Ocean Actions Day dihadiri oleh Komisioner Lingkungan Hidup, Maritim dan Perikanan Uni Eropa Karmenu Vella, Menteri Energi Jerman Joschen Flashbart, Menteri Perikanan Fiji Inia Seruiratu, Wakil Presiden World Bank untuk Pembangunan Berkelanjutan Laura Tuck, Ketua tim negosiator COP 23 dari Fiji dan Chile. 

12 November 2017

Presentasi Kampung Akuarium di ajang COP 23 Bonn

JALUR SEPEDA. Xiamen termasuk kota-kota di Tiongkok yang mengampanyekan penggunaan sepeda bagi transportasi publik. Hal itu tidak heran karena Tiongkok merupakan penyumbang gas emisi tertinggi di dunia. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Isu menonjol dalam pekan pertama konperensi perubahan iklim adalah bagaimana implementasi Kesepakatan Paris dalam tindakan kongkrit. Upaya menetralkan emisi karbon dilakukan lewat semangat #Bike4Climate. Inka Vogt dan Fabian Beveridge, keduanya berasal dari Wellington, Selandia Baru, bersepeda 10 ribu kilometer dari negaranya, menuju Eropa, mampir ke Bonn tempat berlangsungnya COP 23.  

Menurut Inka, yang berusia 19 tahun ini, harusnya bersepeda menjadi pilihan transportasi yang kian digemari karena sangat murah. Fabian yang berusia 18 tahun juga berpendapat serupa. Ia menilai bersepeda baik untuk lingkungan hidup dan kesehatan. Oleh sebab itu, ia mendukung semakin banyak kota yang menyediakan jalur sepeda.

Penggunaan sepeda di dunia meningkat. Saat ini sudah ada lebih dari 2 miliar sepeda digunakan di seluruh dunia. Jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 5 miliar pada 2050.

Kurangi emisi dari rumah tangga

Minggu pertama juga diwarnai semangat komunitas lintas iman mendukung gerakan memperlakukan bumi dengan baik. Walk on Earth Gently, adalah kampanye mereka.

Mengurangi emisi karbon bisa dimulai dari rumah tangga. Hemat energi. Pilah sampah dan kurangi sampah.  

Konsumsi makanan yang diperoleh dari sekitar rumah, sehingga tidak membuat banyak jejak karbon. Kurangi makanan sisa. Ambil secukupnya dari alam termasuk laut. Kurangi penggunaan kendaran bermotor yang timbulkan emisi karbon dan polusi udara. (BACA: 5 Tip bepergian ramah lingkungan)

Presentasi Kampung Akuarium di COP 23

Kurangi emisi karbon menjadi tantangan bagi kota-kota di dunia. Salah satu pendiri Ruang Jakarta atau RUJAK Center for Urban Studies, Marco Kusumawijaya menghadiri sejumlah sesi tentang perkotaan. Marco menceritakan kegiatannya di COP 23 melalui dinding Facebook.

Ini antara lain kegiatan yang dihadiri Marco.

“Tanggal 4-5 menghadiri Crossroad Conference, mendengarkan antara lain Leilani Farha tentang pentingnya melihat perumahan sebagai hak asasi yang harus dipenuhi dalam kondisi apa pun, termasuk ketika kita “panik” menyesuaikan diri dengan perubahan iklim yang makin terasa menggigit. Hati-hati juga dengan dana swasta, luar maupun dalam, kalau dana publik sendiri masih punya potensi besar.

Mulai tanggal 6 saya menghadiri #COP23 dengan akses sebagai “observer” yang bisa ke Bula Zone (kawasan negosiasi) maupun Bonn Zone (Kawasan pertukaran pengetahuan dan jaringan).

Tanggal 6 saya bicara di diskusi tentang tantangan penyesuaian terhadap perubahan iklim tanpa penggusuran (paksa), di Paviliun Jerman (terletak di seberang Paviliun Indonesia). Saya memaparkan kasus Kampung Akuarium, Bukit Duri dan Reklamasi (Pantai Utara Jakarta) dan program perbaikan sungai secara umum. Ternyata penggusuran atas nama perbaikan lingkungan juga terjadi di banyak negara lain.”

Tanggal 14 November, Marco akan memberikan kesaksian kepada sejumlah anggota parlemen Jerman tentang praktik pembangunan yang merugikan rakyat.

COP 23 akan berlangsung hingga tanggal 17 November 2017. Minggu kedua proses negosiasi untuk implementasi dan pendanaan Perubahan Iklim dilanjutkan.  

Biasanya, menjelang ujung konferensi, para pejabat tinggi termasuk menteri terkait isu perubahan ilklim dari negara anggota UNFCCC akan hadir. Ikuti terus perkembangan COP 23 di laman ini.

11 November 2017

 Al Gore Bicara Tentang Untung Rugi Listrik Nuklir

Al Gore saat berbicara tentang untung rugi listrik nuklir di Paviliun Indonesia. Foto oleh Delri.

Pemenang Nobel Perdamaian dan pendiri Climate Reality Project, Al Gore, mampir Ke Paviliun Indonesia di area COP 23 di Bonn Zone, Jumat, 10 November 2017. 

Al Gore menjawab tentang apakah dia mendukung pembangkit listrik tenaga nuklir. “Saya tidak menolak listrik nuklir.  Tetapi, saat ini secara ekonomi harganya sudah terlalu mahal,” kata Al Gore.

Menurutnya, bahkan di AS pun, tidak ada lagi pembangunan pembangkit tenaga listrik dalam waktu yang cukup lama, karena investasi yang mahal itu. Padahal, listrik nuklir paling ramah lingkungan.

Al Gore berharap ada bentuk baru listrik nuklir yang bisa dikembangkan, yang ramah lingkungan, aman, murah. “Risiko listrik nuklir jika terjadi kecelakaan, bocor, seperti yang terjadi di Jepang,” kata Al Gore, yang disambut meriah di Paviliun Indonesia. Menurutnya, negara seperti Indonesia harus mengkalkulasi ongkos listrik yang mahal dari tenaga nuklir. 

“Tetapi, bahkan menggunakan pembangkit batubara pun akan sangat mahal ongkosnya jika dimasukkan  hitungan ekonomi dampak lingkungan, dampak meningkatnya permukaan air laut di Jakarta dan kota-kota lain, serta polusi udara yang membuat anak-anak terancam sakit (pernafasan),” ujar Al Gore.

Jawabannya, kata Al Gore, adalah konsistensi untuk beralih ke listrik tenaga matahari, pula ke tenaga bayu atau angin dan mengembangkan mobil listrik untuk kurangi emisi karbon dan polusi. 

Simak video presentasi Al Gore di sini

Dukung pemuda untuk perubahan iklim

Menurut Amanda Katili Niode dari Climate Reality Project, Al Gore mengajak komunitas internasional untuk mendukung program kepemimpinan pemuda yang diselenggarakan  Climate Reality Indonesia.

“Program unggulan ini sudah berjalan sejak 2011 dan sekarang sudah ada lebih dari  2.000 alumni di Indonesia,” kata Amanda.

Al Gore juga menyampaikan apreasiasi terhadap kebijakan dan aksi nyata Indonesia dalam perubahan iklim.

Kolaborasi para pihak dalam restorasi hutan dan gambut

Diskusi di Paviliun Indonesia juga  mendiskusikan contoh-contoh bagaimana kerjasama antara masyarakat dan sektor bisnis bekerja bersama dalam rangka program restorasi lahan dan konservasi dalam upaya efektifikas penggunaan lahan.  Dibahas kolaborasi para pihak dalam restorasi hutan dan gambut.

Beberapa contoh yang dipresentasikan adalah kerja-kerja kemitraan di Latin Amerika, Afrika (Ivory) serta praktek-praktek yang berhasil di Indonesia di Sumatera dan Kalimantan. Kerja bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, NGO dan masyarakat lokal serta bisnis. Ada juga sesi  upaya konservasi dan pemanfataan secara lestari tentang ekosistem hutan mangrove. 

Pengalaman Indonesia dalam merencanakan, melaksanakan program konservasi, rehabilitasi dan restorasi mangrove baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, NGO, serta private sector disampaikan pada sesi ini secara komprehensif. 

Selain itu juga menyampaikan tentang potensi karbon di area mangrove dan seagrass sangat tinggi dan dapat dikaitkan dengan proses negosiasi global termasuk sustainable development goals serta Paris Agreement, meskipun masih memiliki tantangan besar di lapangan. 

Ikuti perkembangan kegiatan di Paviliun Indonesia di sini.

10 November 2017

Di COP 23, Walhi Aksi Tolak Batubara

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) bergabung dengan Friend of The Earth melakukan aksi penolakan investasi Jepang atas pembangunan pembangkit listrik batu bara di Zona Bula Konferensi Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP) 23. 

Laman Antara mengutip Direktur Eksekutif Nasional Walhi Nur Hidayati yang mengatakan Pemerintah Jepang dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sedang mencoba untuk segera mengucurkan pinjaman untuk dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap Cirebon 1.000 MW yang dikenal dengan Cirebon 2, di Jawa Barat. 

Ditemui di arena COP 23 di Bonn, Kamis, 10  November, Nur Hidayati beralasan masyarakat lokal khawatir dengan hilangnya mata pencaharian dan dampak kesehatan atas polusi yang bisa dikeluarkan pembangkit listrik dari batu bara tersebut. 

Masyarakat telah mengajukan tuntutan administratif kepada pemerintah daerah pada Desember 2016 untuk meminta pembatalan izin lingkungan. Putusan PTUN kabupaten tersebut memutuskan pembatalan izin untuk Cirebon 2 pada 19 April 2017, karena tidak sesuai dengan tata ruang wilayah.

Putusan tersebut telah bersifat tetap (kuat), karena Pengadilan Tinggi Jakarta mengumumkan untuk mencabut proses banding pada 16 Agustus 2017, setelah pemerintah daerah mencabut permohonan banding.

Hari ke-4 kegiatan di Paviliun Indonesia menampilkan sesi Inisiatif di Kehutanan, isu REDD+ dan pengalaman selama ini yang antara lain mengundang Komisi IV DPR-RI, Dirjen PPI dan mitra sebagai pengisi acara.

Ada juga sesi tentang Peran Pemuda untuk menyajikan pilihan mudah bagi aksi perubahan iklim.

Pukul 14.00 – 14.45 waktu setempat Paviliun Indonesia menampilkan Al Gore, pemenang Nobel Perdamaian. Perbedaan waktu antara Jakarta dan Bonn sekitar 6 jam. Ikuti perkembangan kegiatan di Paviliun Indonesia di sini.

 

9 November 2017

Komunitas Lintas Iman Serukan Ubah Gaya Hidup

Ajang Konperensi Perubahan Iklim (COP 23) digunakan oleh beragam organisasi untuk menyampaikan aspirasi terkait upaya mengurangi emisi karbon.  Salah satunya dilakukan oleh penggiat perubahan iklim lintas iman.

Dalam pernyataan yang diberi judul “Walk on Earth Gently”  komunitas lintas iman mengingatkan pentingnya umat manusia berjalan di darat, dan berlayar di laut dengan hati-hati dan menghormati apa yang ada di sana. Untuk menjaga planet bumi kita harus mengubah gaya hidup

Sekretaris Jenderal Majelis Gereja Dunia (WCC) Olav Fykse Tveit mengatakan  bahwa sekitar 50 pemimpin perubahan iklim lintas iman akan menyampaikan sikapnya dengan mengendarai sepeda pada tanggal 10 November 2017 di arena COP 23.  Pernyataan ini menggambarkan transportasi berkelanjutan.

Kamis, 9 November, kelompok lintas iman juga menggelar peluncuran melalui live streaming, sebuah inisiatif hidup lintas iman yang berkelanjutan.  

Nana Firman warga Indonesia, penggiat perubahan iklim lintas iman yang tinggal di AS, menyatakan perhatian dunia kepada kekuatan lintas agama kian meningkat.  Nana juga mendirikan jejaring Green Faith.

(BACA:  Ketika Al Gore tertarik pendekatan agama untuk Climate Change)

Hari ke-3 kegiatan di Paviliun Indonesia diisi kegiatan antara lain Sesi Public and Private Partnership in Forest Landscape Restoration Program, dan Peatland Restoration Partnership Models yang menghadirkan pembicara dari Badan Restorasi Gambut (BRG).

BRG akan merestorasi sekitar 2,5 juta hektar ekosistem gambut yang terdegradasi, di antaranya yang terbakar pada tahun 2015 seluas 875 ribu hektar.

Pemerintah Indonesia menjalankan komitmen nasional untuk menurunkan emisi hingga tahun 2030 sebesar 29 persen sampai 41 persen dengan dukungan internasional. Dalam konteks tersebut, restorasi ekosistem gambut memberikan kontribusi penting.

Pada keterangan itu juga disebutkan, moratorium penerbitan izin untuk lahan gambut di Indonesia telah diperbaharui melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2017 soal penundaan dan penyempurnaan tata kelola pemberian izin baru hutan alam primer dan lahan gambut.

Kerja yang dilakukan BRG sejalan dengan upaya yang digagas Global Peatland Initiative atau Inisiatif Gambut Global.

Jumat, 10 November 2017, Pukul 14-14.45 waktu setempat, mantan wakil presiden AS, Al Gore, akan menyampaikan pidatonya di Paviliun Indonesia.  Al Gore mendapatkan Hadiah Nobel untuk bidang perdamaian karena aktivitasnya sebagai pemimpin perubahan iklim.

(BACA : Menyimak pesona Al Gore di COP 21)

Tahun 2015 saat COP 21 di Paris, Al Gore juga mengisi sesi di Paviliun Indonesia 

8 November 2017

Wakil Indonesia masuk finalis lomba komik perubahan iklim

Made Sania Saraswati, seorang desainer dan penggiat lingkungan hidup, menjadi satu dari 20 finalis dalam ajang  pemilihan superhero untuk kompetisi  Climate Comic Contest di COP 23 yang berlangsung di Bonn, Jerman, sejak 6 November sampai 17 November 2017.   Kepada teman-temannya, perempuan usia 24 tahun dengan nama panggilan Sasa ini meminta dukungan voting, di situs yang memasang karya para finalis.

“Tinggal vote untuk Groppa dan masukkan alamat email.  Ibu/Bapak dan rekan-rekan sekalian bisa vote sekali setiap hari,” ujar Sasa, sebagaimana dikutip oleh Noer Adi Wardojo, Kepala Pusat Studi Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  Noer mengirimkan pesan pendek dari Sasa itu kepada Rappler, Rabu, 8 November 2017.

Kita tentu ingin wakil Indonesia menang di kompetisi ini bukan?  Silakan akses di sini untuk memberikan suaramu.

Pengumuman 20 finalis disampaikan badan PBB untuk pendidikan, UNICEF, pada 6 November 2017.  Kontes komik ini mengundang anak dan pemuda untuk mendesain dan mengusulkan karakter komik dengan kekuatan khusus untuk memerangi perubahan iklim.  Finalis diseleksi dari 2.895 desain yang masuk dari pemuda di 99 negara.  

Pemungutan suara untuk pemenang akan ditutup pada 17 November 2017. Pemenang akan diumumkan pada 30 November 2017.  Selama berlangsungnya COP 23 karakter para finalis ditampilkan di berbagai tempat termasuk di transportasi publik di kota Bonn.

Ke-20 finalis berasal dari 19 negara, termasuk Bahrain, Kanada, Kuba, Tiongkok, Kroasia, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Malaysia, Meksiko, Pakistan, Korea Selatan, Afrika Selatan, Swedia, Trinidad dan Tobago, Inggris, Amerika Serikat dan Uzbekistan.

Groppa, karakter komik pahlawan perubahan iklim yang dibuat Sasa. Ilustrasi diambil dari climatecomic.hscampaigns.com

Groppa, karakter komik pahlawan perubahan iklim yang dibuat Sasa menggambarkan tiga gambar seperti kura-kura yang memiliki mulut bagaikan paruh bebek. Dalam laman daftar finalis, Groppa diberi keterangan sebagai berikut: Kapuas River. 12:45, the year 2117.  There is only one clean river on Earth and it’s Groppa home. His superpower is mind control of people who are in contact with water and uses his powers to make people recycle and clean their environmental just like he does.  

Pahlawan komik perubahan iklim rekaan Sasa adalah sosok yang punya kekuatan luar biasa untuk mengendalikan pikiran orang yang berhubungan dengan air dan menggunakan kekuasaannya untuk memastikan orang mendaur-ulang dan membersihkan lingkungan hidupnya sebagaimana yang dia lakukan.

Promosi bambu

Promosi bambu ramah lingkungan di Paviliun Indonesia di COP 23 di Bonn. Foto sekretariat Delri

Di hari kedua beroperasinya Paviliun Indonesia di COP 23, sejumlah agenda diskusi digelar.  Anda bisa melihat agendanya di sini

Ada sesi yang membahas solusi berbasis gender untuk perubahan iklim, penampilan budaya, sampai menarik perhatian industri yang hadir di COP 23 untuk membeli bambu dari Indonesia. “Pengunjung ke Paviliun Indonesia lumayan banyak,” kata Noer.  

Hidangan kopi ramah lingkungan

Di COP 23, banyak disajikan produk ramah lingkungan, diantaranya kopi.  Paviliun Indonesia menyediakannya saat jeda diantara sesi acara.  Ini sudah berlangsung sejak COP 20 di Lima, Peru, sebenarnya.

Begitu juga di Paviliun Jerman, disajikan kopi dari Kostarika.  Laman dw.com menyampaikan bahwa Kostarika berambisi menjadi negara pertama di dunia yang memiliki sistem ekonomi dengan emisi netral. Karena itu mereka perlu dukungan Jerman.

7 November 2017

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Nur Masripatin menyampaikan posisi Indonesia di Forum Negosiasi COP 23 di Bula Zone. Foto: Sekretariat Delri

– Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!