Misi Nurtanio dukung program ‘Jembatan Udara’ Presiden Jokowi

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Misi Nurtanio dukung program ‘Jembatan Udara’ Presiden Jokowi
Pesawat turboprop dirancang untuk melayani aktivitas di daerah Pegunungan Papua

BANDUNG, Indonesia – Pesawat N219 kini memiliki nama. Presiden Joko “Jokowi” Widodo diberi kehormatan memberikan nama pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) itu. Momen penting itu terjadi pada Jumat kemarin, 10 November bertepatan dengan hari Pahlawan.

Acara pemberian nama berlangsung di di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusuma sebelum ia bertolak ke Vietnam untuk menghadiri KTT APEC.

Lalu nama apa yang dipilih Jokowi untuk pesawat yang masih berupa purwarupa ini?

Jokowi memilih nama Nurtanio, yang diambil dari nama seorang tokoh dirgantara Indonesia, Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang telah merintis pembuatan pesawat terbang di tanah air sejak 1946.

Nurtanio Pringgoadisuryo dikenal sebagai salah seorang perintis berdirinya industri pesawat terbang yang bekerja di Biro Perencana Konstruksi Pesawat di lingkungan Tentara Republik Indonesia berkedudukan di Madiun. Nantinya, tempat itu merupakan cikal bakal lahirnya industri dirgantara di Indonesia.

Nama Nurtanio juga sangat erat dengan sejarah berdirinya PTDI. Pabrik pesawat milik bangsa ini lahir dengan nama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio pada 26 April 1976. Saat itu, BJ Habibie menjabat sebagai Presiden Direktur.

Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985 dan kemudian berubah nama lagi menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000, setelah mengalami restrukturisasi.

Presiden Jokowi berharap usai diberi nama Nurtanio, maka seluruh proses sertifikasi purwarupa pesawat N219 dapat berjalan dengan lancar sehingga pesawat tersebut dapat menjadi solusi distribusi logistik nasional untuk mendukung program jembatan udara logistik nasional. Program itu tertuang dalam Perpres No. 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan.

Pesawat terbang N219 secara khusus dirancang untuk daerah pegunungan Papua yang memiliki kondisi georafis berbukit-bukit dengan landasan pendek dan tidak dipersiapkan.

Pesawat N219 dapat menjadi solusi untuk membuka aksesibilitas dan konektivitas wilayah terdepan, tertinggal dan terluar di pegunungan Papua dan Papua Barat, sehingga program satu harga Pemerintah dapat terwujud.

“Pesawat N219 akan menggerakan aktivitas masyarakat di wilayah Papua, aktivitas perekonomian dan mobilisasi warga diharapkan dapat berjalan dengan lancar”, kata Direktur Utama PTDI, Elfien Goentoro, dalam keterangan tertulis yang diterima Rappler pada Jumat kemarin.

PTDI telah sukses melakukan uji terbang perdana pesawat N219 pada tanggal 16 Agustus lalu. Pesawat N219 merupakan alat angkut penumpang dengan kapasitas 19 orang dengan dua mesin turboprop yang mengacu kepada regulasi CASR Part 23.

Proses rancang bangun, pengujian, sertifikasi hingga nantinya akan dilakukan proses produksi adalah hasil karya anak bangsa. Pesawat N219 memiliki kemampuan lepas landas di landasan pendek yang tidak dipersiapkan sehingga akan menjadi konektivitas antar pulau terutama di wilayah Perintis. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!