Kekhawatiran pasien RSUD Banyumas usai diguncang gempa bumi

Irma Mufilikhah

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kekhawatiran pasien RSUD Banyumas usai diguncang gempa bumi
Sekitar 100 pasien gagal ginjal harus dirujuk ke rumah sakit lain untuk menjalani perawatan cuci darah

BANYUMAS, Indonesia – Langkah Samini tampak terburu. Raut wajahnya terlihat panik. Ia rela berdesakan bersama anggota keluarga pasien gagal ginjal lain untuk mendapatkan pelayanan petugas di ruang pendaftaran gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Banyumas. 

Seharusnya, pagi ini suaminya yang menderita gagal ginjal, Kasun, sudah menjalani cuci darah di rumah sakit tersebut. Namun apalah daya. Ruang hemodialisa di lantai 2 gedung yang biasa dipakai untuk perawatan cuci darah rusak parah karena gempa. Puluhan mesin cuci darah bernilai miliaran rupiah di dalamnya pun tak berhasil diselamatkan dan terancam rusak. 

“Pagi ini jadwal suami saya cuci darah.Tapi ternyata gedung rusak dan alat tidak bisa digunakan karena gempa,” katanya.

Samini terpaksa mengalihkan suaminya ke rumah sakit umum Kroya Cilacap atas rujukan pihak RSUD Banyumas. Meski mendapat rujukan, namun ia tetap saja dirundung khawatir. 

Tubuh suaminya sering drop. Ia takut kondisinya semakin memburuk jika terlambat mendapatkan penanganan karena organ ginjalnya sudah tak berfungsi. 

Kondisi sama dialami Gapin, pasien gagal ginjal asal Kabupaten Purbalingga. Selama ini, ia rutin menjalani cuci darah di RSUD Banyumas sepekan dua kali dengan diantar anaknya, Kiki. 

Ia mengaku tidak tahu jika gedung IGD tempat perawatan ayahnya rusak berat karena gempa. Kiki terkejut ketika datang seperti biasa pukul 06.00 WIB, bangunan rumah sakit dalam kondisi retak. Ayahnya harus dirujuk ke rumah sakit lain karena RSUD Banyumas tidak dapat melayani pasien untuk sementara waktu.

Tentu saja ia khawatir karena harus mengejar waktu menuju rumah sakit di kabupaten lain, Nirmala Purbalingga untuk mendapatkan layanan cuci darah. Sementara perawatan cuci darah tak boleh tertunda karena bisa berakibat buruk bagi kondisi pasien. 

Tubuh ayahnya harus segera dicuci dari racun dengan mesin karena organ ginjal yang sudah tak berfungsi. 

“Saya tidak tahu kalau gedung rusak. Makanya saya datang pagi, ternyata ayah saya harus dirujuk ke rumah sakit lain untuk cuci darah,” kata Kiki yang ditemui Rappler.

PENDAFTARAN. Ruang pendaftaran hemodialisa di lantai 2 IGD RSUD Banyumas rusak pada bagian dinding dan atap yang roboh. Foto oleh Irma Muflikah/Rappler

Humas RSUD Banyumas Solikhin menyebut ada seratusan lebih pasien gagal ginjal yang rutin melaksanakan cuci darah di ruang hemodialisa. Rumah sakit ini memiliki 32 mesin cuci darah yang bisa melayani sekitar 100 orang setiap harinya. 

Masing-masing pasien membutuhkan waktu sekitar 4 jam, sepekan dua kali untuk menjalani cuci darah. Mesin ini menggantikan kerja ginjal pasien yang sudah tak berfungsi dalam menyaring darah. 

Ia belum bisa memastikan kapan ruang pelayanan di gedung IGD, termasuk hemodialisa bisa difungsikan kembali mengingat tingkat kerusakan yang ada cukup parah. Pihaknya masih menunggu hasil assessment dari tim untuk menilai kelayakan ruang terdampak gempa dan peralatan medis yang ada di dalamnya. 

Yang bisa dilakukan pihaknya saat ini agar pasien tetap terlayani adalah berkoordinasi dengan rumah sakit lain. Pasien yang tak terlayani karena kerusakan gedung atau alat di RSUD Banyumas, termasuk pasien gagal ginjal, dioper ke rumah sakit lain di Banyumas maupun daerah sekitarnya untuk memperoleh pelayanan sama di sana. 

“Pasien di sini bukan hanya dari Banyumas, tapi juga daerah tetangga seperti Cilacap Kebumen, Purbalingga dan Banjarnegara. Kami koordinasikan dengan rumah sakit lain untuk menampung pasien dari sini,” katanya.

Gedung tiga lantai rusak parah

MENGELUPAS. Kondisi bangsal di ruang IGD RSUD Banyumas retak dan mengelupas pada temboknya. Foto oleh Irma Muflikah/Rappler

Gempa bumi berkekuatan 6,9 SR di selatan pulau Jawa mengakibatkan bangunan lantai tiga Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Banyumas rusak. Sebagian besar tembok di lantai 2 dan 3 gedung itu retak hingga mengelupas. Material bangunan masih berserak di lantai keramik bawahnya. 

Ruangan terdampak paling parah berada di lantai 2 dan lantai 3 yang dipakai untuk ruang Hemodialisa, High Care Unit (HCU), ruang Laboratorium, serta ruang Radiologi. Direktur RSUD Banyumas AR Siswanto mengatakan, bangunan tiga lantai terdampak gempa itu merupakan fasilitas penunjang yang sangat penting bagi pelayanan pasien. 

Ruangan pada gedung itu berisi alat-alat yang dipakai untuk mendiagnosa pasien. Ruangan itu berisi peralatan medis mahal di antaranya alat rontgen, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan CT Scan dan mesin cuci darah. 

“Alat-alat ini penunjang untuk mendiagnosa pasien. Karena tidak berfungsi, pelayanan kami jadi kurang optimal,”katanya

Siswanto belum bisa menaksir total kerugian akibat bencana itu. Pihaknya juga belum mengetahui seberapa jauh tingkat kerusakan gedung maupun alat akibat becana itu. 

Namun ia menaksir harga per unit alat itu bernilai ratusan juta hingga miliaran rupiah.  Sebagian alat medis ternyata bukan aset milik RSUD Banyumas, melainkan milik vendor yang bekerjasama dengan pihak rumah sakit. Mesin pencuci darah sebanyak 32 unit di ruang Hemodialisa misalnya, di antaranya merupakan milik vendor. 

“Kerugian belum dihitung. Tim masih assessment,” katanya.

PASIEN. Perawat RSUD Banyumas kembalikan pasien dari ruang evakuasi ke bangsal pada Sabtu, 16 Desember. Foto oleh Irma Muflikah/Rappler

Gempa Jumat malam, 15 Desember pukul 23 50 WIB, membangunkan sebagian pasien dan keluarga yang saat itu terlelap di ruang rawat inap RSUD Banyumas. Mereka yang berada di ruang Melati, Kantil dan Teratai berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri dari gempa. 

Sebagian keluarga pasien yang panik langsung mendorong pasien yang masih terbaring di ranjang ke luar ruangan. Suasana ruang inap diwarnai jeritan oleh orang-orang yang panik karena berhadapan dengan bencana.

Humas RSUD Banyumas Solikhin mengatakan, saat terjadi gempa, pihaknya langsung mengerahkan seluruh petugas untuk mengevakuasi sekitar 69 pasien dari tiga ruang itu ke Pavilium. Kini para pasien kelas 3 yang sempat dititipkan di Pavilium berangsur dikembalikan ke bangsal masing-masing setelah dipastikan ruangan mereka aman dari dampak gempa.

Ruang Teratai, Kantil dan Melati hanya mengalami retak sedikit dan beberapa bagian atap jebol, namun masih aman ditinggali. 

RSUD kini menyiapkan dua tenda di depan gedung Pavilium untuk mengantisipasi gempa susulan. Tenda pengungsian untuk pasien itu akan berguna jika gempa kembali terjadi dan seluruh ruangan tak cukup menampung pasien. 

“Untuk kerusakan gedung kami koordinasikan dengan Pemkab Banyumas, karena ini gedung penunjang untuk layanan pasien,” katanya. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!