Dari gol bunuh diri Escobar hingga tandukan Zidane

Christian Simbolon

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dari gol bunuh diri Escobar hingga tandukan Zidane
Pentas Piala Dunia kerap menghadirkan drama, baik di dalam maupun di luar lapangan

JAKARTA, Indonesia—Gelaran Piala Dunia 2018 hanya tinggal menghitung hari. Sejumlah tim nasional telah tiba di Rusia dan tengah mempersiapkan diri menghadapi kerasnya pertarungan dalam turnamen sepak bola empat tahunan ini. Sebanyak 736 pemain dari 32 negara bakal bersaing memperebutkan trofi juara. 

Piala Dunia kali ini tidak dihadiri dua raksasa Eropa, yakni Belanda dan Italia. Namun demikian, bisa dipastikan seperti perhelatan Piala Dunia di masa lalu, Rusia 2018 juga bakal menghadirkan beragam ‘drama’ lapangan hijau. 

Menjelang peluit Piala Dunia 2018 dibunyikan pada 14 Juni 2018, Rappler merangkum sejumlah fakta dan drama lapangan hijau paling menarik di enam putaran final Piala Dunia terdahulu.  

GOTZE. Gelandang muda Jerman Mario Gotze membawa tim Panser menjuarai Piala Dunia 2014. Foto instagram @fifaworldcup

Brasil 2014

Brasil menjadi tuan rumah pada Piala Dunia 2014. Sayangnya, tim Samba harus menangguk malu karena mengalami kekalahan terburuk sepanjang sejarah sepak bola Brasil. Di semi final, Brasil dipecundangi Jerman dengan skor 7-1. 

Di laga itu, bintang baru tim Samba, Neymar harus absen karena cedera yang dideritanya di perempat final melawan Colombia. Meskipun tanpa Neymar, kekalahan dengan skor fantastis semacam itu membuat publik Brasil meradang. Pasalnya, itu merupakan kekalahan terburuk tim Samba di Piala Dunia dalam seratus tahun terakhir. 

Di final, Jerman bertemu dengan Argentina di Rio de Janeiro. Messi dan kawan-kawan lolos ke final setelah menang dalam drama adu penalti melawan Belanda. Dalam laga menegangkan di final, gol gelandang energik Jerman Mario Goetze di babak tambahan menjadi penentu tim Panser merebut gelar juara Piala Dunia keempat. 

MATADOR. Tim Matador merayakan gelar juara Piala Dunia perdana sepanjang sejarah. Foto instagram @fifaworldcup

Afrika Selatan 2010

Putaran final Piala Dunia perdana di Benua Hitam semarak dengan beragam warna dan bunyi. Suara bising terompet vuvuzela menjadi soundtrack utama hampir di setiap laga. Namun demikian, dukungan fan yang luar biasa dari pinggir lapangan tidak menjadi jaminan tim-tim Afrika tampil gemilang di lapangan hijau. 

Dari delapan negara asal benua Afrika yang ikut serta di Piala Dunia 2010, hanya Ghana yang mampu lolos ke babak 16 besar. Ghana melaju hingga perempat final sebelum akhirnya takluk di tangan Uruguay lewat adu penalti. Tuan rumah Afrika Selatan memulai laga pembuka dengan gemilang, meskipun akhirnya malah jadi tim tuan rumah pertama yang harus tereleminasi di babak grup. 

Spanyol—yang pada 2008 menjuarai Piala Eropa—meneruskan performa gemilangnya dan merengkuh trofi Piala Dunia perdananya berkat gol semata wayang Andres Iniesta pada menit 116 di laga final melawan Belanda. Sebelum mencapai final, tim Matador berturut-turut mengandaskan Portugal, Paraguay dan Jerman.

 MENANDUK. Kapten timnas Prancis menanduk Marco Materazzi. Foto instagram @fifaworldcup

Jerman 2006

Putaran final gelaran Piala Dunia kembali tanah Bavarian setelah 32 tahun. Ketika itu, tim Panser dijagokan untuk kembali merebut gelar juara. Nasionalisme publik Jerman sempat terpantik bangkit. 

Putaran final di Jerman disebut sebagai momentum kebangkitan raksasa-raksasa sepak bola Eropa setelah untuk kali perdana sejak 1982, semua semi finalis berasal dari Eropa. Itu terjadi setelah dua raksasa Amerika Latin, Brasil dan Argentina kandas di perempat final. 

Argentina sempat tampil memukau setelah membantai Serbia Montenegro di laga grup. Namun, Messi dan kawan-kawan harus angkat koper setelah kalah dalam adu penalti melawan tim tuan rumah. Brasil yang juga dijagokan untuk merebut gelar juara kandas di tangan Prancis. 

Laju Jerman yang relatif lancar hingga perempat final harus terhenti di semifinal saat bertemu Italia. Tim asuhan Marcello Lippi ketika itu sukses dua kali menjebol gawang Jerman tanpa balasan. Di laga semifinal lainnya, Prancis sukses mencuri kemenangan lewat sepakan Zinedine Zidane dari titik putih. 

Laga pamuncak Piala Dunia 2006 antara Italia dan Prancis berlangsung panas sejak awal. Sayangnya, laga harus tercoreng akibat drama tandukan playmaker Prancis Zinedine Zidane terhadap bek Italia Marco Materazzi. Akibat tandukan ke dada Materazzi itu, Zidane langsung diusir wasit. 

Pascalaga yang dimenangkan Italia lewat adu penalti itu, Zidane menyebut Materazzi bermain kotor dan sengaja memancing kemarahannya dengan membisikkan kata-kata tak pantas. Usai Piala Dunia 2006, Zidane memutuskan gantung sepatu dari timnas Les Bleus.

RONALDO. Penyerang Brasil Ronaldo membawa tim Samba mengantongi gelar juara Piala Dunia kelima. Foto dari instagram @fifaworldcup

Jepang dan Korea Selatan 2002

Di Piala Dunia 2002, Jepang dan Korea Selatan berbagi peran sebagai tuan rumah. Itu adalah kali pertama perhelatan Piala Dunia digelar di luar benua Eropa dan Amerika. 

Perhelatan kali itu, dihantui ancaman keamanan karena dilangsungkan tak lama setelah serangan 11 September 2001 yang meruntuhkan menara kembar World Trade Center di New York, Amerika Serikat. Pengamanan di sekitar stadion diperketat dan persenjataan berat dipajang. Namun demikian, perhelatan Piala Dunia berlangsung dengan cukup lancar. 

Kejutan justru datang dari lapangan hijau. Pada laga pembuka di Seoul Stadium, tim debutan Senegal sukses mempecundangi Prancis yang notabene pemegang gelar juara di Piala Dunia 1998. Di dua laga berikutnya, Prancis hanya memeroleh satu poin dan terpaksa angkat koper di babak penyisihan. 

Di sisi lain, kejutan dihadirkan tuan rumah Korea Selatan. Park Ji-sung dan kawan-kawan sukses melangkah ke semifinal setelah menaklukan Portugal, Italia dan Spanyol. Sayangnya, di semifinal, Korea Selatan harus mengakui ketangguhan tim Panser Jerman. 

Di laga puncak, Brasil dan Jerman yang difavoritkan sejak awal turnamen bertemu di Yokohama Stadium. Penyerang Brasil Ronaldo tampil gemilang dengan menorehkan dua gol ke gawang Jerman dan membawa tim Samba mengantongi gelar Piala Dunia kelima.

DJOURI. Gelandang Prancis Djouri Djorkaeff mengangkat trofi Piala Dunia 1998. Foto dari instagram @fifaworldcup  

Prancis 1998

Prancis menjadi tuan rumah pada turnamen kali itu. Didukung fan fanatik di kandang sendiri, tim asuhan Aime Jacquet melaju kencang sebelum akhirnya memecundangi favorit juara Brasil di Stade de France dengan skor 3-0 di partai puncak.

Di laga itu, playmaker Les Bleus Zinedine Zidane menunjukkan kelasnya lewat dua gol cantik. Zidane bangkit dari keterpurukan setelah mengantongi kartu merah di laga melawan Arab Saudi. 

Di lain sisi, perjalanan Brasil diselimuti serangkaian misteri setelah bintang mereka Ronaldo Nazzario da Silva sempat ditendang keluar dari skuat inti timnas menjelang final. Nama Ronaldo baru masuk lagi ke susunan tim hanya beberapa menit sebelum peluit wasit dibunyikan. 

Belakangan, baru diketahui Ronaldo berbuat onar di kamar hotelnya selang beberapa jam sebelum laga final. Keputusan sang pelatih untuk tetap memainkan Ronaldo di laga pamuncak dikritik keras oleh publik Brasil.  

LESU. Bek Kolombia Andres Escobar terduduk lesu usai mencetak gol bunuh diri dalam laga Kolombia versus AS di Piala Dunia 1994. Foto instagram @fifaworldcup

Amerika Serikat 1994

Meskipun sepak bola bukan olahraga favorit di Amerika Serikat (AS), publik negara berjuluk ‘Paman Sam’ itu menyambut Piala Dunia 1994 dengan antusiasme tinggi. Namun demikian, AS tak mampu berbicara banyak. AS hanya mampu melaju hingga perdelapan final sebelum takluk di tangan Brasil 1-0. 

Sejumlah drama dan tragedi lahir di Piala Dunia 1994. Dalam laga melawan Yunani, legenda sepak bola Argentina Diego Maradona sukses menjebol gawang lewat kerja sama apik dengan rekan setimnya. Maradona berkontribusi besar dalam kesuksesan Argentina mencukur Yunani 4-0. Sayangnya, usai laga, Maradona terbukti menggunakan doping dan diusir dari turnamen. 

Di lain sisi, nasib tragis menghampiri pemain bertahan Kolombia Andres Escobar. Pria yang dijuluki ‘the Gentleman of Football’ itu ditemukan tewas tak lama setelah Kolombia tersingkir dari putaran final Piala Dunia. Escobar diberondong peluru karena mencetak gol bunuh diri dalam laga Kolombia versus AS di babak penyisihan.

Partai puncak Piala Dunia 1994 mempertemukan Brasil dan Italia. Brasil mencapai final setelah melewati hadangan Belanda di perempat final dan Swedia di semifinal. Sedangkan Roberto Baggio dan kawan-kawan melaju ke final usai mengandaskan Spanyol dan Bulgaria. 

Di laga puncak, Baggio yang tampil gemilang sepanjang babak penyisihan justru harus menelan pil pahit setelah bola yang ia sepak melenceng jauh dari gawang Brasil dalam drama adu penalti. Trofi Piala Dunia pun direbut oleh Romario dan kawan-kawan. 

—dengan laporan dari AFP/Rappler 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!