SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
PARAPAT, Sumatera Utara – Mengunjungi Danau Toba tak cukup satu hari. Danau terluas di Indonesia dan Asia Tenggara ini meliputi tujuh kabupaten di Sumatera Utara. Panjangnya 100 kilometer, lebar 30-an kilometer dengan kedalaman sekitar 450 meter, membuat Danau Toba menjadi danau terdalam di dunia. Danau Toba terbentuk dari letusan Gunung Toba ribuan tahun lalu membentuk kaldera sangat luas yang diisi air, menyerupai lautan, letaknya sekitar 900 meter di atas permukaan laut. Danau Toba disebut pula sebagai danau vulkanik terluas di dunia.
Jika kalian ada acara di Medan, dan sekitarnya, dan ingin menikmati Danau Toba tapi cuma punya waktu sehari, mengapa tidak? Sejak dioperasikannya Bandar Udara Silangit-Siborong-borong, kita bisa menikmati Danau Toba dengan waktu terbatas, dan tidak melelahkan. Setiap hari ada pesawat terbang dari Bandara Kualanamu Medan ke Bandara Silangit. Dari Jakarta pun ada penerbangan langsung ke Silangit. Harga tiket sekitar Rp 300-500 ribu sekali jalan tergantung maskapainya. Penerbangan dari Kualanamu ke Silangit hanya 30-an menit.
Silangit masuk kawasan perbatasan Tapanuli Utara, salah satu kabupaten di tepian Danau Toba. Dari bandara banyak yang menawarkan taksi, ke kota paling populer untuk menikmati Danau Toba dan kalau perlu menyeberang dengan ferry ke Pulau Samosir. Tarif taksi Rp 500 ribu per mobil. Jadi kalau muatannya satu sampai enam orang pun tarif sama. Jika pergi dalam rombongan jatuhnya cukup murah, bukan?
Penghentian terdekat untuk menikmati panorama Danau Toba adalah Hutaginjang (kampung di atas), sekitar tujuh kilometer dari bandara. Ada tiga teras pandang di sini, yang sayangnya dalam keadaan kumuh tak terawat. Jika kalian beruntung, cuaca cerah, foto dari Hutaginjang adalah salah satu sudut foto yang paling populer bagi wisatawan. Saat saya ke sana, 23 Maret 2017, cuaca agak berkabut. Tapi lumayan indah.
Teras pandang lain yang terdekat adalah Geopark Kaldera Sipinsur. Kita memasuki taman yang penuh dengan pohon pinus, sebelum tiba di teras pandang yang cukup luas. Puas deh menikmati keindahan Danau Toba.
Dari dua lokasi ini kita bisa melanjutkan perjalanan sekitar 30-45 menit ke Kabupaten Balige. Di sinilah pusat perhelatan Pesta Kemerdekaan dan Karnaval Danau Toba tahun 2016. Presiden Joko “Jokowi” Widodo hadir langsung di acara ini, dan memberikan dukungan penuh atas penetapan Kawasan Danau Toba sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas. Kawasan ini ditargetkan meraih satu juta kunjungan wisatawan sampai 2019.
Di Balige, Jokowi sempat melipir ke kampung Lumban Bulbul. Pasir putih membentang di sepanjang pinggiran danau. Jokowi memerintahkan agar lokasi ini dikembangkan jadi “Wisata Pasir Putih”. Sebuah jembatan pandang dibangun sesudah itu. Penduduk setempat menyewakan perahu dan membuka warung-warung. Kebersihan lokasi dijaga cukup baik.
Di Lumban Bulbul pengunjung bisa menikmati desa wisata berbasis komunitas, dan menikmati “Sopo” atau rumah tradisional setempat yang dihiasi ornamen menarik. Bentuknya rumah panggung.
Jangan lupa mampir ke “Balerong Onan Balige”, pasar tradisional utama di kota ini. Tampak depan arsitektur pasar menunjukkan cita rasa arsitektur khas Batak. Pasar ini dibangun tahun 1938.
Di kota Balige kita bisa istirahat makan siang. Beberapa warung makanan muslim ada di sekitar pasar. Saya makan siang di Restoran Padang Muslim “Berkah”. Begitu tulisan di papan promosi. Letaknya sederetan, dekat pasar. Di seberangnya ada Warung Kopi Partongkuan. Kopi Sumatera terkenal di dunia. Harum dan menyehatkan.
Dari Balige saya meneruskan perjalanan ke kota Parapat. Perjalanan dari Balige ke Parapat ditempuh selama 1,5 jam. Di kota ini saya menginap semalam, sebelum kembali ke Medan melalui Silangit pagi hari berikutnya. Parapat adalah kota paling ramai di kawasan itu. Banyak hotel beragam kelas di sana. Ada yang punya semacam “tepi danau khusus”, seperti di Inna Parapat, hotel milik BUMN.
Kebanyakan wisatawan memilih menyeberangi danau dengan ferry dan menginap di Pulau Samosir. Waktu tempuh sekitar 30 menit – 1 jam bergabung jenis kapal. Di Parapat tersedia sejumlah tempat untuk menikmati Danau Toba, termasuk dengan menyewa perahu atau sekedar naik skuter air.
Sore sampai malam kita bisa menikmati kota ini. Sayangnya, sebagaimana problem kota-kota di Indonesia, tata ruang dan tata kota agar semrawut. Danau Toba dijaga bersih, dan menjadi rumah bagi ikan seperti Mujair dan Ikan Mas. Tapi sekeliling danau, di pelabuhan dan kota, suasananya berantakan. Kumuh. Banyak bangunan masih “memunggungi” danau.
Promosi gencar menggaet wisatawan ke Kawasan Danau Toba dimaksudkan mengembangkan potensi ekonomi daerah di sana. Tapi, ada risiko daya dukung alam dan konflik agraria atas upaya ini. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengingatkan bahwa upaya membangun wisata Danau Toba menyimpan potensi “bom waktu”.
Bagi kita pengunjung, minimal yang bisa kita sumbangkan adalah menjaga kebersihan lingkungan di semua lokasi yang kita kunjungi – Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.