Yang harus dilakukan jika mengalami pelecehan seksual di tempat kerja

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Yang harus dilakukan jika mengalami pelecehan seksual di tempat kerja
Survei tahun 2015 pernah menyebut bahwa 1 dari 3 perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di lingkungan tempatnya bekerja

JAKARTA, Indonesia —Baru-baru ini industri perfilman Hollywood digemparkan dengan kabar dugaan pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dilakukan oleh produser kenamaan Harvey Weinstein.

(BACA JUGA: Harvey Weinstein diduga melakukan tindak pemerkosaan)

Sederet kasus pelecehan seksual tersebut terjadi di lingkungan profesional, dan menimpa sejumlah aktris muda yang tengah berharap bisa menembus karier di dunia perfilman Hollywood.

(BACA JUGA: Reaksi selebriti Hollywood terhadap skandal yang menimpa Harvey Weinstein)

Lingkungan pekerjaan memang jadi salah satu lokasi yang paling rentan untuk terjadinya pelecehan seksual, terutama terhadap karyawan perempuan.

Menurut survei tahun 2015 yang digagas Cosmopolitan, hasilnya cukup mengejutkan. Karena 1 dari 3 perempuan pernah mengalami tindakan pelecehan seksual. Rata-rata, korban pelecehan seksual di lingkungan kerja ini berusia 18-34 tahun.

Bentuk pelecehan seksual di lingkungan kerja bisa bermacam-macam. Bisa berbentuk verbal hingga fisik. Sumbernya bisa dari rekan kerja, atasan hingga klien. Yang menarik dari hasil survei ini, bahwa kebanyakan perempuan justru tidak melaporkan pengalaman pelecehan seksual yang mereka alami.

 

Tindak pelecehan seksual itu bukan semata-mata soal fisik dan hasrat belaka. Tapi juga soal kekuasaan. Dan ketika itu terjadi dan tidak ada yang bicara maka kekuasaan itu akan terus menumpuk dan menjadi-jadi.

Lantas, apa yang harus dilakukan jika kamu atau rekan kerja atau keluargamu kemungkinan jadi korban pelecehan seksual? Simak beberapa langkah yang bisa dilakukan.

Catat semua kejadian

Ketika kamu ditawari pekerjaan, status, jabatan dan keuntungan lainnya namun harus terlebih dahulu mengikuti apa yang diinginkan si pemberi keuntungan atau kamu diancam akan dipecat atau diberi sanksi jika tidak melakukannya, maka ini bisa tergolong dalam pelecehan. Lebih baik catat semua secara detail kapan hal tersebut terjadi, waktunya, tanggal, dan perkuat dengan kehadiran saksi.

Tapi kalaupun tidak ada saksi, tak usah khawatir. Biasanya para pelaku tindak pelecehan ini terlalu pintar untuk melakukan aksinya di depan orang lain.

Cermati perlakuan tak serupa

Ada tipe pelecehan seksual yang bernama “hostile environment”. Artinya ketika kamu diberlakukan berbeda hanya karena gendermu. Bisa berupa komentar terkait gender atau memang nyata-nyata kamu diberlakukan berbeda karena kamu perempuan (atau laki-laki).

Jika pelaku melakukan hal tersebut padamu, maka kemungkinan besar ia akan melakukannya pula pada orang lain. Cermati dan kalau perlu catat semua kejadian-kejadian yang kamu rasa menunjukkan gejala ini. Termasuk tanggal, waktu, lokasi dan saksi.

Simpan catatan dan bukti

Semua dokumentasi yang kamu catat dan kumpulkan jangan disimpan di komputer kantor. Simpanlah di buku catatan pribadi atau berkas pribadi. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, semua bisa dibeberkan.

Jika pelaku pelecehan melakukan aksinya dalam bentuk tertulis, misalnya mengirimkan pesan singkat atau email atau catatan, simpan dan dokumentasikan semuanya. Difoto atau di-screenshot saja sebagai bukti.

Laporkan ke HRD

Meski dirasa sulit, jika memang perlakuan yang kamu terima sudah kelewatan, segeralah laporkan ke pihak Human Resources Department (HRD). Dengan begitu, perusahaan bisa menindaklanjuti lewat proses yang benar dan sesuai. Pasti semua perusahaan memiliki standar aturan terkait pelaporan semacam ini. Jangan lupa sertakan semua bukti yang kamu miliki.

Selain secara verbal, mungkin ada baiknya kamu menuliskan dengan detail isi laporanmu pada HRD. Dengan begitu mereka bisa memahami duduk perkara dengan benar.

Berhenti bekerja

Jika kamu sudah merasa tidak nyaman dan sudah melaporkan ke HRD namun tidak ada tindak lanjut yang berarti, maka sudah saatnya kamu mencari pekerjaan baru. Tapi jangan beri informasi bahwa kamu akan pergi, terutama pada pelaku.

Jauhkan pikiran-pikiran buruk dari dirimu. Mungkin ada rasa trauma atau sugesti, singkirkan itu semua. Ketika kamu keluar dari situasi buruk, bisa jadi “sinarmu” yang sesungguhnya akan terpancar. 

Yang penting kamu sudah melakukan yang benar dan termasuk melaporkannya. Dengan begitu, kamu sudah mencegah hal serupa terjadi lagi di masa depan pada orang yang berbeda. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!