’12 Strong’: Melihat sisi manusia dari peperangan

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

’12 Strong’: Melihat sisi manusia dari peperangan
Chris Hemsworth berperan sebagai Kapten Mitch Nelson, pimpinan pasukan khusus beranggotakan 12 orang yang dikirim ke Afghanistan beberapa hari setelah peristiwa 11 September

JAKARTA, Indonesia — Satu lagi film produksi Hollywood yang kembali menceritakan peperangan seputar peristiwa terorisme. Dibintangi Chris Hemsworth, Michael Shannon, dan Michael Pena, 12 Strong bisa menjadi pilihan tontonan yang menarik.

Film berdurasi 130 menit ini merupakan saduran dari kisah nyata yang sebelumnya diangkat menjadi novel berjudul Horse Soldiers karya Doug Stanton. Cerita yang disajikan merupakan kisah nyata dari pasukan khusus Amerika Serikat yang diberangkatkan sesaat setelah serangan 11 September 2001.

Film ini disutradarai oleh Nicolai Fuglsig, seorang jurnalis foto dan sutradara asal Denmark. Film 12 Strong merupakan film fitur pertamanya, setelah sebelumnya sempat menyutradarai film dokumenter Return of the Exiled yang mendapatkan penghargaan Gold Lion dalam Cannes Lions International Advertising Festival. Ia juga pernah mendapatkan dua penghargaan DGA untuk kateogri Outstanding Directorial Achievement in Commercials.

Rangkuman cerita

12 Strong menceritakan tentang 12 orang pasukan khusus Amerika Serikat yang dikirim ke Afghanistan beberapa hari setelah peristiwa teror yang menghancurkan gedung World Trade Center pada 11 September 2001.

Film ini berupaya untuk menyajikan kisah drama yang kuat dengan memulai cerita dari dalam rumah, saat Kapten Mitch Nelson (Chris Hemsworth) sedang cuti dan bermain bersama anak dan istrinya. Menambah sisi dramatis, bahkan putri Mitch pulalah yang pertama kali melihat peristiwa teror yang terjadi lewat televisi.

Kapten Mitch Nelson menyaksikan peristiwa 11 September bersama anak dan istrinya. Foto dari Youtube/Warner Bros Pictures

Peristiwa ini mendorong Mitch untuk maju ke medan perang, padahal sebelumnya ia sempat meminta pindah divisi karena ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya. Mitch dan tim berangkat ke Afghanistan dengan misi menaklukkan Taliban dan Al-Qaeda. Ia bertekad untuk kembali pulang karena janji yang telah ia ucapkan pada istrinya.

Film ini juga menceritakan keluarga dari beberapa pasukan yang berada di bawah kepemimpinan Mitch. Hal Spencer (Michael Shannon) harus berangkat dengan rasa sedih yang ditunjukkan oleh anak dan istrinya. Sementara di rumah Sam Diller (Michael Pena), istrinya mencoba untuk terlihat kuat di depan suaminya.

Ketika sampai di pangkalan militer AS di Uzbekistan, pasukan diminta untuk bekerja sama dengan Jenderal Dostum (Navid Negahban), salah satu jenderal Aliansi Utara. Hal tersebut tidak mudah, Mitch harus menyingkirkan rasa curiga di antara mereka agar bisa bekerja sama. Terlebih karena jumlah pasukan yang mereka miliki jauh lebih sedikit dari Taliban dan Al-Qaeda. 

Dengan keterbatasan yang ada, Mitch dan Dostum harus menaklukkan pasukan Al-Qaeda dan Taliban yang dilengkapi dengan berbagai senjata perang canggih, termasuk tank-tank besar dan rudal. Awalnya pasukan Mitch dibantu dengan serangan udara dari militer AS, tetapi justru di saat genting, serangan udara tidak lagi dapat diluncurkan.

Akhirnya pasukan Mitch yang hanya berjumlah 12 orang dan pasukan Jenderal Dostum yang hanya memiliki ratusan pasukan berkuda serta peralatan perang seadanya pun mengandalkan keberanian mereka untuk menerjang ke wilayah peperangan dan menghabisi langsung musuh mereka.

Highlight

Jenderal Dostum (Navid Negahban) berbicara para pasukan khusus. Foto dari Warner Bros Pictures

Terlihat bahwa film lebih ini mengutamakan unsur drama untuk dieksplorlebih dalam. Menarik untuk melihat kegalauan dari seorang kapten militer yang biasanya terkesan selalu kuat dalam segala kondisi. Menarik pula melihat betapa beratnya hati keluarga yang ditinggalkan saat para pasukan berangkat ke medan perang.

Meskipun begitu, unsur action dalam film ini juga cukup mendapatkan porsi. Ketegangan demi ketegangan bisa dirasakan saat beberapa serangan udara meleset, atau saat musuh yang dikira menyerahkan diri justru meledakkan bom bunuh diri.

Kelemahan

Sebagai film perang, sisi action dalam 12 Strong cenderung kurang jika dibandingkan dengan porsi dramanya. Terlalu banyak adegan sedih dan dialog yang untuk sebagian orang bisa jadi membosankan.

Karakter Kapten Mitch Nelson yang diperankan Chris Hemsworth kurang digali latar belakangnya. Tidak diceritakan mengapa Mitch begitu dipercaya oleh anak buahnya, padahal itu cukup penting dalam alur cerita.

Selain Hal Spencer dan Sam Diller, sembilan pasukan lainnya tidak mendapatkan porsi yang cukup. Hal ini cukup disayangkan karena saat melihat judul film 12 Strong, para calon penonton pasti penasaran dengan setiap karakter yang ada, siapa mereka, bagaimana latar belakang mereka, dan apa peran mereka dalam tim.

Ini bisa jadi merupakan kelemahan klasik dari film yang diangkat dari novel, ketidakmampuan dalam memberikan latar belakang karakter dengan lengkap.

Pasukan berkuda menyerang markas Taliban. Foto dari Warner Bros Pictures

Rating

6/10

Rekomendasi kami

Film ini akan lebih cocok untuk mereka yang suka menonton film dengan genre drama ketimbang action. Kamu bisa jadi hanyut dalam kisah perjuangan 12 pasukan yang ingin pulang dengan selamat agar dapat kembali berkumpul dengan keluarganya. Tetapi jika kamu kurang suka dengan bumbu drama yang terlalu banyak, film ini bisa jadi membosankan.

Film 12 Strong dirilis di Amerika Serikat mulai 19 Januari 2018. Sementara jadwal tayang di Indonesia diperkirakan dua pekan lagi.

—Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!