Fakta seputar film ‘Aruna dan Lidahnya’

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Fakta seputar film ‘Aruna dan Lidahnya’
‘Aruna dan Lidahnya’ direncanakan akan rilis pada akhir September 2018 mendatang

JAKARTA, Indonesia — Setelah sukses dengan film perdananya Posesif, Palari Films kembali lagi tahun ini dengan Aruna dan Lidahnya. Film ini diadaptasi lepas dari novel berjudul sama karya Laksmi Pamuntjak yang rilis pada tahun 2014 lalu.

Setelah selesai melakukan proses syuting, Palari Films mengundang para media untuk memberi tahu sedikit bocoran tentang film ini pada Kamis, 31 Mei kemarin. Simak beberapa fakta tentang film Aruna dan Lidahnya yang telah dirangkum Rappler berikut ini.

Siapa saja aktor yang terlibat?

Dian Sastrowardoyo, Hannah Al-Rasyid, dan Nicholas Saputra hadir dalam konferensi pers sekaligus syukuran film 'Aruna dan Lidahnya'. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler

Sampai sekarang, baru empat aktor utama yang diumumkan terlibat dalam film ini. Mereka adalah Dian Sastrowardoyo, Oka Antara, Hannah Al-Rasyid, dan Nicholas Saputra. Keempat nama aktor tersebut tentunya sudah tidak asing lagi di dunia layar lebar Indonesia jadi sepertinya aksi mereka kali ini memang patut ditunggu.

Dian Sastrowardoyo berperan sebagai Aruna, seorang ahli wabah yang memiliki hubungan romantis dengan makanan. Oka Antara berperan sebagai Farish, mantan teman sekantor Aruna yang tidak sengaja bertemu kembali. Hannah Al-Rasyid berperan sebagai Nad, seorang kritikus kuliner dengan opini yang kuat dan tajam, tak hanya dalam hal kuliner. Sementara Nicholas Saputra berperan sebagai Bono, seorang koki sekaligus sahabat Aruna yang juga suka mencari kuliner baru untuk inspirasinya.

Meskipun kembali bermain dengan Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo mengaku film ini cukup spesial. Karena ini adalah kali pertama dirinya bisa mengeksplor sisi pertemanan dengan Nico, yang sebenarnya lebih mirip dengan realita.

Gue berapa kali kerja sama Nico dan selalu dipasangkan sebagai couple. Padahal in real life kita beneran temen baik. Enggak selalu ketemu, enggak selalu ngobrol, tapi gue melihat personally ini adalah film pertama yang ditawarkan kepada kami berdua, tapi menawarkan dinamika yang berbeda,” ujar Dian dalam konferensi pers yang berlangsung di Ecology, Kemang, Jakarta Selatan tersebut.

Siapa sutradaranya?

Para aktor, sutradara, dan produser film 'Aruna dan Lidahnya'. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler

Film ini disutradarai oleh Edwin, seorang sutradara yang sudah berkecimpung di dunia film lebih dari 15 tahun lamanya. Awalnya, Edwin berfokus memproduksi film-film indie dan namanya tercatat sebagai salah satu sutradara Indonesia yang berprestasi di berbagai festival film dunia. 

Tahun lalu, bersama Palari Films ia membuat film feature komersil perdananya, Posesif, yang membuat Edwin langsung mendapatkan penghargaan Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik.

(BACA JUGA: ‘Posesif’, bukan sekadar film remaja)

Bagaimana sinopsisnya?

Film ini akan bercerita tentang kisah persahabatan empat orang yang berada di usia 30an. Aruna, Farish, Nad, dan Bono, akan sama-sama melakukan perjalanan sambil mencicipi makanan nusantara, sambil berbagi cerita dan pandangan soal kuliner, persahabatan, urusan asmara, hingga current issues yang sedang hangat di Indonesia.

Mengapa Palari Films tertarik mengangkat cerita ini?

Saat Edwin pertama kali membaca novel Aruna dan Lidahnya, ia teringat betapa menyenangkannya ngobrol dan berdiskusi di meja makan. Novel tersebut menceritakan empat orang yang saling bertukar pikiran dalam berbagai topik, mulai dari masalah pribadi hingga masalah negara, sambil menyantap kuliner.

“Buat saya pribadi sebagai pembuat film itu salah satu materi yang bagus untuk diolah dalam medium sinema, bagaimana kita senang melihat manusia-manusia mengungkapkan pikirannya, uneg-unegnya, di depan makanan,” katanya.

Seberapa mirip skenario dengan novelnya?

Film ini diadaptasi lepas dari sebuah novel. Apa maksudnya?

“Kita terinspirasi dengan Aruna dan Lidahnya, dari mulai karakter-karakternya, Aruna, Farish, Nad, Bono. Nah, kita bekerja dengan karakter-karakter ini di filmnya. Kemudian di film ini kita punya interpretasi-interpretasi terhadap karakter yang kita adaptasi ini. Dari sana ada hal-hal, ada konflik-konflik yang memang tidak ada di buku tapi itu kita jahit menjadi suatu yang baru di film.” tutur Produser Palari Films Meiske Taurisia.

Yang pasti, kota yang dikunjungi tidak akan sebanyak yang ada di novelnya dan karena film memiliki durasi tertentu tidak seluruh cerita dalam novel bisa dituangkan di skenario.

“Tapi tentunya kita tidak melepaskan esensi dari buku itu sendiri,” tutur Meiske.

Apa genre-nya?

Dian Sastrowardoyo berperan sebagai Aruna, seorang ahli wabah yang memiliki hubungan romantis dengan makanan. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler

Film ini berakar pada drama, tetapi mengutip keterangan dari Edwin, film ini adalah “drama dengan banyak bumbu.”

Sementara Dian Sastrowardoyo menganggap film ini memiliki unsur drama komedi, namun memiliki bobot yang cukup berat dibanding film-film komedi Indonesia lainnya. Alasan ini pula yang menambah minat Dian untuk bisa ikut terlibat dalam film ini.

Di mana syuting dilakukan?

Syuting dilakukan di empat kota yaitu Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, dan Singkawang.

Berapa lama syuting dilakukan?

Syuting berlangsung selama 25 hari.

Kapan akan tayang?

Setelah menyelesaikan proses syuting pada 25 Mei lalu, kini Aruna dan Lidahnya akan memasuki tahap post-production. Rencananya film ini bisa dinikmati mulai akhir September mendatang, tetapi belum ada tanggal pastinya. Kita tunggu bersama ya! —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!