SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia —Inilah saatnya bagi Argentina untuk membuktikan bahwa mereka masih layak difavoritkan memenangkan Piala Dunia 2018. Di babak 16 besar, Argentina ditunggu Prancis. Duel bakal dihelat di Kazan Arena, Sabtu, 30 Juni malam WIB.
Dukungan kepada Argentina sempat tergerus drastis, menyusul hasil jeblok yang dituai Lionel Messi dan kawan-kawan dalam tiga laga babak penyisihan Grup D, dimana mereka hanya mampu finis di posisi kedua dengan total empat poin.
(BACA JUGA: Piala Dunia 2018: Hasil lengkap penyisihan grup D)
Juara Piala Dunia 1978 dan 1986 mengawali petualangannya di Rusia dengan hasil mengecewakan, ditahan imbang 1-1 oleh Islandia, tim yang sama sekali tak diunggulkan. Messi bahkan gagal mencetak lewat gol lewat tendangan penalti.
Pada laga kedua, penampilan skuat besutan Jorge Sampaoli bahkan lebih buruk lagi. Tanpa perlawanan sama sekali, Messi and kolega dipermak Kroasia tiga gol tanpa balas. Ironisnya, kekalahan tragis itu disaksikan langsung legenda kenamaan Argentina, Diego Maradona. Maradona bahkan sampai meneteskan air mata di tribun kehormatan, tak percaya gawang Argentina yang dikawal Wilfredo Caballero diberondong bertubi-tubi.
(BACA JUGA: Messi dan air mata Maradona)
Tapi beruntung, La Albiceleste bisa lolos dari lubang jarum. Kemenangan 2-1 atas Nigeria memastikan Argentina mengamankan satu tiket ke babak knock out. Namun tak berarti tanpa catatan. Kemenangan diraih dengan kerja keras yang tentu saja menjadi pekerjaan rumah berat bagi Sampaoli. Gol penentu dicetak Marcos Rojo jelang pertandingan usai yang sekaligus mengubah skor 1-1 menjadi 2-1.
Harus konsentrasi
Mampukah Argentina mengalahkan Prancis? Tak ada yang berani menjawab tegas, mengingat kinerja pasukan Sampaoli yang masih jauh dari kata memuaskan.
Bomber Argentina, Gonzalo Higuain, menyatakan bahwa lawan yang dihadapi sangatlah berat. “Jadi, kami harus bisa benar-benar fokus,” kata Higuain, dilansir Sky Sports.
Dengan kata lain, bila tak 100% konsentrasi, celaka bin petaka bagi Argentina. Itu berarti, mereka harus angkat koper dan mengubur mimpi untuk mengulang sukses untuk kali ketiga sebagai kampiun di pentas terakbar.
Dan Messi, akan dikenang sebagai bintang yang gagal bersama timnas. Piala Dunia 2014, di Brasil, Argentina yang juga dimotori Messi, takluk di kaki Jerman di final. Pada dua final Copa America, 2015 dan 2007, La Pulga juga gagal mempersembahkan trofi kepada Argentina.
Prancis adalah jawara Grup C. Dua kali menang, sekali imbang. Mengalahkan Australia dan Peru, draw versus Denmark. Prancis, ditilik dari performa, sesungguhnya tak bagus-bagus amat. Juara Piala Dunia 1998 butuh kerja ekstra keras guna mengalahkan Australia, 2-1. Demikian pula kala bersua Peru, Les Bleus hanya mampu menang 1-0. Melawan Denmark 0-0.
Tapi, bisa dibilang, . Setidaknya Paul Pogba dan kawan-kawan belum pernah keok dan lawan-lawan yang dihadapi juga lumayan mengerikan.
Pelatih Didier Deschamps, pastilah sudah menyiapkan ramuan khusus guna meredam aksi penyerang-penyerang Argentina, utamanya Messi. Besar kemungkinan, Deschamps masih memainkan pola 4-2-3-1. Perkuat pertahanan, kuasai lini tengah, serta mengandalkan satu bomber sebagai target man.
Adu gelandang
Bisa jadi, pertahanan menjadi titik gumul utama Deschamps. Soalnya, bermodalkan striker-striker kelas dunia macam Messi dan Sergio Aguero, Argentina pastilah menargetkan gol cepat dengan mengandalkan jam terbang kedua pemain tersebut. Itu berarti, lini belakang yang dikomandoi Djibril Sidibe harus menerapkan sapu bersih dan penjagaan super ketat.
Yang juga jadi sorotan, apalagi kalau bukan lini tengah. Baik Argentina maupun Prancis sama-sama memiliki gelandang cemerlang. Prancis punya Paul Pogba, Blaise Matuidi, juga Ngolo Kante. Ketiganya menopang Olivier Giroud selaku striker. Argentina tak kalah mengkilap. Ada Angel Di Maria. Ada Ever Banega. Ada pula Maximiliano Meza.
Sejarah pertemuan, Argentina jauh lebih unggul. Dari 11 kali pertemuan, dua di antaranya di ajang Piala Dunia (1930 dan 1978), Argentina mengantongi enam kemenangan. Prancis hanya dua kali menang. Tiga duel berakhir imbang.
Bagi Prancis, inilah momen yang tepat menuntaskan dendam sekaligus menjaga asa untuk terus melanggeng ke babak selanjutnya. Mereka sedikit lebih dijagokan. Tapi, melihat ambisi Argentina dan berbaliknya dukungan kepada Messi cs, tak menutup kemungkinan Prancis-lah yang menangis di akhir laga.
Siapa yang menang di partai big match dengan tajuk perang bintang? Kita tunggu bersama, hingga wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga.
Data dan fakta skuat Prancis
Penyisihan grup:
Sabtu, 16 Juni: Prancis vs Australia 2-1
Kamis, 21 Juni: Prancis vs Peru 1-0
Selasa, 26 Juni: Prancis vs Denmark 0-0
Juara: 1998
Perkiraan susunan pemain:
Hugo Lloris, Lucas Hernandez, Samuel Umtiti, Raphael Varane, Benjamin Mendy, Paul Pogba, Ngolo Kante, Blaise Matuidi, Antoine Griezmann, Kylian MBappe, Olivier Giroud.
Pelatih: Didier Deschamps
Data dan fakta skuat Argentina
Penyisihan grup:
Sabtu, 16 Juni: Argentina va Islandia 1-1
Kamis, 21 Juni: Kroasia vs Argentina 3-0
Selasa, 26 Juni: Argentina vs Nigeria 2-1
Juara: 1978, 1986
Perkiraan susunan pemain :
Franco Armani, Gabriel Mercado, Nicolas Otamendi, Marcos Rojo, Nicolas Tagliafico, Enzo Perez, Javier Mascherano, Ever Banega, Anegl Di Maria, Lionel Messi, Gonzalo Higuain
Pelatih: Jorge Sampaoli
—Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.